Presiden Turki kritik penggunaan kata 'teror Islam'
Erdogan mengatakan tidak usah mengaitkan agama dengan tindakan terorisme
Canberk Yuksel
NEW YORK
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis mengkritik keras penggunaan kata "teror Islam" oleh media global. Dia mengatakan banyak yang menerapkan standar ganda antara Islam dengan agama-agama lainnya.
"Hampir 1 juta Rohingya mengalami genosida dan harus lari ke Bangladesh," kata Erdogan di sebuah acara kebudayaan di New York.
"Kita tidak pernah mengatakan mereka dibunuh oleh umat Buddha. Walaupun itu kasusnya, kita tidak mengatakan itu. Sekarang saya bertanya pada dunia: Apa yang memberikan kalian hak untuk mengatakan 'teror Islam?'" kata Erdogan yang disambut tepuk tangan riuh.
Presiden Turki itu juga memiliki keluhan yang sama mengenai anggapan bahwa kelompok teror Daesh merepresentasikan agama Islam.
"Siapapun yang membunuh seseorang, mereka membunuh kemanusiaan. Ini termasuk prinsip kepercayaan kami," lanjut Erdogan. "Tidak ada yang boleh mengaitkan Daesh dengan Islam atau umat Muslim. Mereka adalah kelompok teroris."
Sejumlah demonstran mencoba memotong pidato Erdogan namun diseret keluar oleh pasukan keamanan.
Polisi menahan 4 anggota kelompok teror YPG, kata penyelenggara acara kepada Anadolu Agency.
Erdogan merampungkan kunjungannya ke New York pada Kamis setelah melangsungkan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump.
Presiden Turki itu berada di AS untuk menghadiri acara Majelis Besar PBB.