Ekonomi

Kedelai Amerika Serikat belum panen, harga tahu, tempe merangkak naik

Produksi harus terus berjalan meskipun ada kenaikan harga kedelai dunia, sehingga masyarakat tetap mendapatkan protein dengan harga terjangkau

Muhammad Nazarudin Latief  | 20.05.2021 - Update : 22.05.2021
Kedelai Amerika Serikat belum panen, harga tahu, tempe merangkak naik ILUSTRASI. Warga berjual-beli di pasar menjelang hari raya Idulfitri meskipun ada pembatasan karena pandemi Covid-19, di Pasar Dramaga, Bogor, Indonesia pada Mei 22, 2020. ( Surya Fachrizal Aprianus - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Harga tahu dan tempe di Indonesia diperkirakan akan naik didorong kenaikan harga kedelai dunia, pada pertengahan Mei.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengutip Chicago Board of Trade (CBOT) mengatakan harga kedelai dunia berada di kisaran USD15,86 per bushels atau Rp10.084 per kg, naik sekitar 11,2 persen dibanding April 2021.

Saat itu harga tercatat sebesar USD14,26 per bushels atau Rp9.203 per kg.

“Meski naik, stok kedelai saat ini masih mencukupi untuk kebutuhan industri pengrajin tahu dan tempe nasional,” ujar dia dalam siaran pers, Kamis.

Di tingkat perajin harga kedelai akan mulai bergerak naik pada kisaran Rp10.500 per kg dan berpotensi mengerek harga tahu dan tempe.

Kenaikan harga ini menurut Oke terjadi karena kedelai asal Amerika Serikat ini belum memasuki masa panen sehingga stok terbatas.

Selain itu ada permintaan kedelai dari China sebanyak 7,5 juta ton pada April sehingga membuat harga melambung.

Pemerintah menurut Oke mengapresiasi dukungan importir dalam menjaga stabilitas harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe sehingga harga komoditas ini tetap stabil pada periode Lebaran.

Di pasaran, harga kedelai tidak melebihi Rp10.000 per kg sehingga harga tahu tetap terjaga di kisaran Rp650 per potong dan tempe Rp16.000 per kg di tingkat pengrajin.

Oke meminta agar importir memastikan dan menyalurkan stok kedelai secara rutin kepada seluruh pengrajin tahu dan tempe.

Importir diimbau memotong rantai distribusi dengan menyalurkan langsung kepada industri pengrajin, khususnya di daerah agar mendapatkan harga terjangkau.

“Produksi harus terus berjalan meskipun ada kenaikan harga kedelai dunia, sehingga masyarakat tetap mendapatkan protein dengan harga terjangkau,” pungkas Oke.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın