
Ankara
Burak Bir
ANKARA
Sebagai langkah untuk membendung penyebaran Covid-19, Turki akan memberlakukan lockdown secara nasional yang mencakup liburan Tahun Baru, dari 31 Desember hingga 4 Januari, ungkap presiden negara itu pada Senin.
Sebagai langkah menjaga kesehatan masyarakat, kebijakan lockdown selama hari libur akan berlangsung dari jam 9 malam pada 31 Desember hingga jam 5 pagi pada 4 Januari, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan kepada wartawan setelah pertemuan Kabinet di ibu kota Ankara.
"Kami mulai melihat efek positif dari langkah pembatasan dan tindakan lainnya," kata Erdogan, menambahkan perkembangan ini berkat "pengorbanan publik".
Mengenai efek ekonomi akibat pandemi, Erdogan menekankan bahwa ekonomi Turki siap menghadapi ujian berat, untuk menavigasi berbagai skenario, dan memanfaatkan peluang yang muncul.
Turki akan melanjutkan program reformasinya untuk memperbaiki iklim investasi dan mengatasi keraguan investor, tambah dia.
Hingga Senin kemarin, Turki mencatat total 16.646 kematian akibat virus korona, sementara lebih dari 1,63 juta orang telah pulih dari penyakit tersebut.
Saat ini, ada lebih dari 1,86 juta kasus yang dikonfirmasi di negara tersebut.
Virus itu telah merenggut lebih dari 1,61 juta nyawa di 191 negara dan wilayah sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China Desember lalu, menurut laporan dari Universitas Johns Hopkins AS.
Lebih dari 72,44 juta orang telah terinfeksi virus tersebut dan lebih dari 47,4 juta telah pulih dari penyakit tersebut.
Retorika sanksi dari UE dan AS
Erdogan juga menyinggung soal pembicaraan yang meningkat tentang sanksi dari UE dan AS, menyebutnya "disesalkan."
"Turki menunggu Uni Eropa (UE) untuk memenuhi janjinya tentang keanggotaan penuh, yang telah ditunda selama bertahun-tahun," imbuh dia.
"Kami mengharapkan dukungan dari sekutu NATO kami, AS, dalam perang kami melawan kelompok teroris dan elemen yang memusuhi kami di wilayah ini, bukan sebuah sanksi," tambah Erdogan lagi.
Mengenai kemenangan Azerbaijan terhadap Armenia baru-baru ini, Erdogan mengatakan bahwa pembebasan Nagorno-Karabakh mengantarkan era baru di Kaukasus, di mana perdamaian dan kerja sama akan terbentuk untuk dasar status quo baru.
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan lainnya.
Bentrokan baru meletus pada 27 September dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia enam minggu kemudian.
Baku membebaskan beberapa kota strategis dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia selama ini.
Sebelumnya, sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan telah diduduki secara ilegal selama hampir tiga dekade.