Dunia

UNICEF: 70% remaja dunia jadi korban kekerasan online

Badan PBB menyerukan 'aksi bersama' terhadap kekerasan online, mendesak semua orang 'untuk bersikap baik'

Nani Afrida  | 06.02.2019 - Update : 06.02.2019
UNICEF: 70% remaja dunia jadi korban kekerasan online Ilustrasi: Logo Unicef. (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

Riyaz ul Khaliq

ANKARA

UNICEF mendorong upaya penghentian kekerasan online dan menginformasikan bahwa sebagian besar remaja telah menjadi korban kekerasan online

Dalam sebuah survei baru-baru ini terhadap satu juta remaja, UNICEF menemukan bahwa lebih dari 70 persen remaja di seluruh dunia menjadi korban kekerasan online, penindasan dunia maya dan pelecehan digital.

Hal ini dinyatakan lembaga PBB tersebut Selasa Malam.

"Diperlukan tindakan bersama untuk mengatasi dan mencegah bentuk kekerasan ini," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore pada kesempatan Hari Internet yang Lebih Aman.

UNICEF melakukan jajak pendapat di kalangan remaja usia 15-24 di lebih dari 160 negara.

Survei itu menemukan bahwa tingkat pendapatan tidak menghalangi kaum muda untuk menggunakan internet, dikarenakan "internet telah menjadi andalan kaum muda."

"Setengah dari total populasi dunia, tanpa memandang usia, sedang online, yang membawa peningkatan risiko [kekerasan online]," katanya.

Berdasarkan data dari Persatuan Telekomunikasi Internasional PBB (ITU), ada 94 persen anak muda usia 15-24 di negara-negara maju sedang online setiap waktu.

Fore mengatakan bahwa UNICEF mendengar dari anak-anak dan remaja dari seluruh dunia yang mengatakan: "Internet telah menjadi gurun kebaikan."

Pelecehan online memicu tren global yang dipimpin siswa #ENDviolence Youth Talks, katanya.

"Pada akhirnya, kebaikan muncul sebagai salah satu cara paling kuat untuk mencegah penindasan dan cyberbullying ... Itulah sebabnya Hari Internet yang Lebih Aman ini, UNICEF mengundang semua orang, tua dan muda, untuk berbaik hati secara online, dan menyerukan tindakan yang lebih besar untuk menjadikan Internet tempat yang lebih aman bagi semua orang, "kata Fore.

Data yang dikeluarkan oleh UNESCO mengatakan bahwa proporsi anak-anak dan remaja yang terkena dampak cyber-bullying berkisar dari 5 persen hingga 21 persen, dengan anak perempuan yang berisiko lebih tinggi daripada anak laki-laki.

"Penindasan siber dapat menyebabkan kerugian besar karena dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas, dan dapat tetap dapat diakses online tanpa batas, hampir 'mengikuti' para korbannya online seumur hidup," kata kepala UNICEF.

"Para korban penindasan dunia maya lebih cenderung menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol, bolos sekolah, menerima nilai buruk dan mengalami harga diri rendah dan masalah kesehatan. Dalam situasi ekstrem, itu bahkan menyebabkan bunuh diri, "tambahnya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.