Nasional

Komitmen warga Penas Tanggul hidup tanpa asap rokok

Sejak warga Penas Tanggul mencanangkan kampungnya sebagai kampung tanpa rokok tahun lalu, belasan warga telah berhenti total mengisap merokok

Hayati Nupus  | 25.04.2018 - Update : 26.04.2018
Komitmen warga Penas Tanggul hidup tanpa asap rokok Salah satu mural berisikan komitmen warga Penas Tanggul untuk hidup sehat tanpa asap rokok, Rabu, 25 April 2018. (Hayati Nupus – Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

JAKARTA 

Mural berwarna-warni yang terpampang di dinding sepanjang bantaran kali Cipinang itu menyampaikan komitmen warga Kampung Penas Tanggul, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, untuk hidup sehat tanpa asap rokok.

Salah satunya bertuliskan "Bumi Sehat Tanpa Asap Rokok", sementara di mural lain terbaca "Penas Tanggul Tanpa Rokok".

Di balkon rumahnya, Sail Andi Supu, tokoh masyarakat setempat, bertutur jika komitmen itu sudah ada sejak lama, sejak mereka studi banding ke Kali Code dan Umbul Harjo, Yogyakarta, 1998 lalu. Menyusul studi banding kedua pada Maret 2017.

Sepekan setelah studi banding kedua, warga Penas Tanggul kian yakin, lantas dengan resmi mencanangkan kampungnya sebagai kampung tanpa asap rokok.

“Rokok berbahaya bagi kesehatan, kami tidak ingin anak-anak kami terpapar asap rokok,” ujar Sail kepada Anadolu Agency, Rabu.

Bermula dari rumah

Rokok, kata Sail, juga mengandung aneka zat kimia berbahaya. Tar misalnya, bahan aspal yang merusak kesehatan. Seperti tercantum dalam bungkusnya, rokok bisa mengakibatkan kanker, penyakit paru dan bronkitis kronis.

Mulanya aturan tanpa rokok itu hanya berlaku di dalam rumah. Seiring berjalannya waktu, komitmen itu berlaku untuk seluruh kampung.

Kampung Penas Tanggul kini tampak cantik. Berhias beragam mural, berderet rumah berwarna-warni. Di tiap-tiap tembok depan terdapat pamflet bertuliskan seragam, “Terima kasih untuk TIDAK MEROKOK di dalam/teras RUMAH ini”.

Aktivis kampung juga tercatat telah lima kali mensosialisasikan bahaya merokok kepada warga.

Warga Penas Tanggul aktif saling mengawasi. Jika ada yang tertangkap basah merokok, pelaku tak hanya terkena teguran, sekaligus beroleh sanksi denda Rp20.000. Sementara pelapor memperoleh ganjaran 5 kilogram beras.

“Jika ada satu kepala keluarga berhenti merokok, setidaknya terdapat empat orang di rumah itu yang tidak lagi terpapar asap rokok, istri dan anak-anaknya. Karena menjadi perokok pasif lebih berbahaya,” tutur Sail panjang lebar.

Sanksi itu belum pernah diberikan, namun menurut Sail program itu berdampak positif. Jika dulu asap rokok menemani warga saat berbincang di balkon, kini fenomena itu tak lagi tampak. Tak ada pula warung di kampung itu yang menjual rokok. Selain itu, belasan warga yang dulu perokok berat kini memutuskan berhenti sama sekali.

Suryo kapok merokok

Salah satu warga Penas Tanggul yang memutuskan berhenti merokok adalah Suryo Sujono, 65 tahun. Pengemudi ojek ini sudah merokok sejak usia belasan. Sebelumnya, minimal dua bungkus rokok ludes ia konsumsi setiap hari.

Sejak enam bulan lalu, Suryo kapok. Pasalnya sederet penyakit menjangkiti tubuhnya: tipes, diabetes, jantung, hingga paru-paru.

Akibat mengonsumsi rokok, Suryo harus mendekam di rumah sakit selama delapan hari, memasang ring di pembuluh darah, dan rutin rawat jalan tiap bulan hingga kini.

Suryo mengaku tak mudah untuk berhenti merokok. Zat nikotin dari rokok terlanjur beredar di seluruh pembuluh darahnya dan menjadikan dirinya kecanduan. Namun dia ditinggalkan dengan dua pilihan saja: berhenti merokok atau mati.

Suryo memilih yang pertama, sambil mengunyah permen untuk menetralkan lidahnya dari hasrat merokok.

Suryo Sujonobersama foto hasil rontgennya sebelum (kanan) dan sesudah berhenti merokok (kiri)

Setelah menjauh dari rokok, kehidupan Suryo justru membaik. Bobot tubuhnya bertambah delapan kilogram, paru-parunya juga lebih sehat.

“Dulu kalau jalan ngos-ngosan, sesak. Setelah berhenti merokok, Mbak ajak balap lari juga saya siap,” katanya, sambil berkelakar.

Tak hanya itu, isi dompet Suryo juga tetap terjaga.

Program belum sempurna

Namun saat memasuki kampung itu, Anadolu Agency mendapati masih ada warga yang diam-diam mengepulkan asap rokok di pintu masuk rumahnya.

Rustiyono, 60 tahun, yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar kelas 4, mengaku mendukung program di kampungnya namun tak mudah melepaskan ketergantungannya akan rokok.

“Lagian ini kan di dalam rumah, nggak apa-apa,” kilah Rustiyono.

Menanggapi hal itu, Sail mengaku jika program ini belum sanggup menyadarkan seluruh warga di kampungnya. Ia menganggap itu wajar, perlu proses untuk berhenti merokok.

Setidaknya, kata Sail, upaya ini telah berhasil mengurangi jumlah konsumen rokok dan warga lain yang mulanya terpapar asap rokok di kampungnya.

“Perlu proses, pelan-pelan,” kata Sail.

Toh program itu juga terbukti telah menginspirasi warga kampung sebelah, Kampung Penas, untuk mencanangkan program serupa. Selain itu, Penas Tanggul kerap dikunjungi tamu untuk studi banding program wilayah bebas rokok, bahkan dari berbagai negara, seperti Singapura dan Australia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın