Dunia, Analisis

Keluarga Jurnalis Palestina Shireen bersumpah akan terus perjuangkan keadilan

Serangan terhadap Shireen adalah bagian dari 'strategi sistematis' Israel untuk membungkam 'mereka yang memiliki dampak, pengaruh,' kata kakaknya Shireen, Anton

Muhammad Enes Calli  | 11.05.2023 - Update : 17.05.2023
Keluarga Jurnalis Palestina Shireen bersumpah akan terus perjuangkan keadilan Ilustrasi poster Shireen Abu Akleh. (Foto file - Anadolu Agency)

ISTANBUL

Pada 11 Mei tahun lalu, kehidupan keluarga jurnalis Palestina Abu Akleh telah berubah selamanya.

Hari di saat Shireen Abu Akleh, seorang jurnalis senior Al Jazeera yang sangat dihormati karena liputannya yang luas tentang Palestina dan Israel, ditembak di kepala saat melaporkan serangan militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki.

Saat berita kematiannya disiarkan saluran televisi di seluruh dunia, keluarganya terpaksa menghadapi kenyataan paling pahit dan kehilangan sosok yang sangat besar.

“Itu sangat mengejutkan. Anda tidak akan pernah bisa membayangkan hal seperti ini,” kata kakak laki-lakinya, Anton, kepada Anadolu melalui panggilan video menjelang peringatan satu tahun kematian wartawan Palestina itu.

“Itu adalah hari yang sangat mengganggu dan menyedihkan. Saya sedang pergi dan saya tidak percaya sampai saya tiba di Yerusalem. Itu sangat menyakitkan,” sebut dia.

Selama setahun terakhir, anton dan keluarganya telah mencoba melakukan dua hal tersulit sekaligus: sembuh dari tragedi pribadi yang mengerikan dan mencari keadilan untuk seseorang yang sangat mereka cintai.

“Itu sangat sulit. Kami kehilangan sosok tersayang. Dia adalah orang yang sangat kuat dalam keluarga, mendukung saya dan anak-anak saya. Dia sangat mendukung kami,” kata Anton, yang tujuh tahun lebih tua dari Shireen dan tumbuh bersamanya di Yerusalem.

“Kami adalah keluarga kecil dan kami semua berada dalam kondisi yang sangat buruk secara mental, fisik. Kehilangan Shireen memiliki dampak yang sangat negatif bagi kami semua.”

‘Semua fakta tunjukkan penyerangan dilakukan Israel’

Berurusan dengan rasa sakit adalah perjuangan yang berkelanjutan, sama seperti pencarian keadilan mereka. Namun, untuk yang terakhir, Anton dan keluarga Abu Akleh jelas soal siapa yang mereka anggap bertanggung jawab atas kematian Shireen.

“Semua fakta mengarah ke Israel, tentara yang hadir saat itu,” kata Anton.

“Semua bukti menunjukkan bahwa dia menjadi sasaran. Shireen memiliki jaket antipeluru, helmnya memiliki tulisan pers di kedua sisinya. Dia berdiri dengan pekerja media, dengan pers, dengan rekan-rekannya, namun mereka menembakkan 16 peluru ke arah Shireen. Bahkan rekannya, pemuda yang mencoba membantu Shireen, tertembak.”

Anton dan keluarga Abu Akleh tidak sendirian dalam membuat pernyataan ini.

Al Jazeera, media tempat Shireen bekerja selama 25 tahun, telah menarik kesimpulan yang sama, seperti investigasi yang dilakukan oleh panel PBB dan kelompok hak asasi lainnya.

Baik keluarga Abu Akleh maupun Al Jazeera telah mendatangi Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki pembunuhan penduduk asli Yerusalem berusia 51 tahun dan warga negara AS.

Pihak berwenang Israel telah membantah klaim tersebut, awalnya mengatakan dia tertembak saat baku tembak antara warga Palestina dan tentara Israel.

Sebuah laporan militer Israel yang dirilis pada September mengatakan bahwa "tidak mungkin untuk secara pasti menentukan sumber tembakan," tetapi mengakui ada "kemungkinan besar" bahwa Shireen "secara tidak sengaja terkena" tembakan oleh tentara Israel.

Namun, laporan itu menegaskan kembali bahwa "kemungkinan lain" adalah bahwa Shireen "terkena peluru yang ditembakkan oleh orang-orang bersenjata Palestina."

Seperti yang telah dilakukannya secara konsisten selama setahun terakhir, Anton dengan cepat menolak klaim Israel tersebut.

“Tidak ada baku tembak antara militan (Palestina) dan tentara pendudukan Israel. Tidak ada baku tembak, tidak ada alasan untuk menembak. Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Dan saya percaya, berdasarkan fakta-fakta ini, dia menjadi sasaran,” ujar Anton.

"Mereka mencoba menyalahkan militan Palestina karena membunuhnya, dan kemudian mereka mencabut laporan mereka dan ... mereka berkata 'kami mungkin telah membunuhnya karena kesalahan.’ Ini tidak dapat diterima," tegas dia.

Anton mengatakan keluarga tidak memiliki "kepercayaan apapun" terhadap Israel "setelah semua cerita dan narasi yang mereka keluarkan."

“Dan mereka menarik semuanya kembali karena semuanya palsu. Mereka berusaha menutupi perbuatan mereka dan pembunuhan itu,” tambah dia.

'Pengaruh yang sangat besar'

Karya-karya yang dibuat Shireen membuatnya terkenal di kalangan warga Palestina dan di wilayah yang lebih luas. Keluarganya percaya bahwa popularitas yang sama membuatnya jadi incaran.

“Shireen adalah pemberi pengaruh yang sangat besar. Dia melaporkan tentang kekejaman yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga sipil, terhadap warga Palestina, terhadap anak-anak: penghancuran rumah, pembunuhan, semua ini,” kata Anton.

“Saya percaya ini adalah strategi dan kebijakan sistematis Israel untuk membunuh mereka yang memiliki dampak dan pengaruh seperti itu… Mereka ingin membunuh Shireen dan mereka ingin menjadikannya pelajaran bagi jurnalis lain.”

Dia mengatakan kehadiran besar-besaran di pemakaman Shireen adalah bukti kemampuannya untuk “menyatukan rakyat Palestina.”

“Kami melihat di pemakamannya bagaimana semua orang Palestina berkumpul. Orang-orang dari agama yang berbeda, partai yang berbeda, mereka semua datang untuk Shireen,” tutur dia.

Anton mengatakan pencarian keadilan telah menjadi tantangan dan “beban keuangan yang besar” bagi keluarga.

“Tapi kami masih berjuang,” tegas dia.

Karena Shireen juga berkewarganegaraan Amerika, keluarga itu mendekati pemerintah Amerika Serikat (AS) dan bertemu Menteri Luar Negeri Antony Blinken Juli tahun lalu.

Pertemuan itu terjadi beberapa minggu setelah laporan Departemen Luar Negeri mengatakan penyelidikan yang diawasi oleh Koordinator Keamanan AS "tidak dapat mencapai kesimpulan pasti mengenai asal peluru" yang menewaskan Shireen.

Disimpulkan bahwa tembakan dari posisi militer Israel "kemungkinan bertanggung jawab" atas kematiannya, tetapi "tidak menemukan alasan untuk percaya bahwa ini disengaja."

“Kami berharap bisa bertemu dengan Presiden (Joe) Biden. Sayangnya, kami tidak bisa. Kami menyampaikan pesan kami melalui Menlu Blinken, dan kami menginformasikan bahwa … laporan yang dirilis pada 4 Juli tidak dapat diterima,” kata Anton.

“Kami memberi tahu dia bahwa ada kejahatan yang dilakukan dan kami ingin Anda memperlakukannya sebagai kejahatan lainnya. Harus ada investigasi yang kredibel dan transparan.”

Menurut Anton, tidak ada pejabat Israel yang pernah menghubungi keluarga tersebut.

"Kami tidak berbicara dengan pejabat Israel mana pun dan mereka tidak mencoba berbicara dengan kami," katanya.

“Israel pertama-tama harus mengakui bahwa ini adalah pembunuhan yang disengaja.. Kami tidak tahu bagaimana mereka menemukan sesuatu yang disebut ‘tidak disengaja’ atau ‘kesalahan’.”

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın