ISTANBUL
Raksasa pakaian olahraga asal Jerman Adidas menghadapi kecaman keras dan meningkatnya seruan untuk boikot setelah mengeluarkan model Amerika-Palestina Bella Hadid dari kampanye iklan baru-baru ini.
Menyusul kritik yang dilontarkan oleh Israel, Adidas menghapus Hadid, yang telah lama vokal tentang hak-hak Palestina, dari kampanye sepatu retro yang merujuk pada Olimpiade Munich 1972.
Hadid telah menyewa tim hukum untuk menanggapi hal tersebut, menurut Daily Mail, yang mengutip sumber yang mengetahui situasi ini.
Pada Minggu, merek tersebut meminta maaf atas "kekesalan atau kesusahan apa pun yang disebabkan" oleh kampanye iklannya.
Menyusul keputusan perusahaan tersebut, pengguna media sosial berunjuk rasa membela Hadid, dengan menyerukan boikot produk Adidas.
"Bella Hadid adalah pahlawan! Semoga adidas akan menderita karena pemboikotan," kata salah satu pengguna.
Yang lain menimpali, “Maaf teman-teman, saya tidak membeli Adidas karena perlakuan mereka yang pengecut terhadap Bella Hadid.”
"Setelah kasus Bella Hadid, kita akan mengucapkan selamat tinggal adidas. Mereka yang mendukung penjahat genosida tidak boleh mendapatkan uang sepeser pun dari uang yang kita dapatkan dengan jujur. Orang Arab dan boikot pro-Palestina sedang menjadi gempa bumi di Starbucks dan McDonald's. Adidas, selamat tinggal!" demikian komentar pengguna lain.
Berbicara kepada Anadolu, komentator politik Inggris Sami Hamdi menyoroti dampak boikot terhadap perusahaan lain yang dianggap mendukung Israel saat negara itu melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza.
"McDonald's, Starbucks, KFC, dan merek-merek lain sudah merasakan dampak gerakan boikot di negara-negara mayoritas Muslim, dengan banyak dari merek-merek ini terpaksa menutup banyak cabang. Sudah ada seruan untuk memboikot Adidas dengan cara yang sama," kata dia.
Terkait kasus merek pakaian olahraga tersebut, Sami Al-Arian, seorang aktivis Palestina, mengatakan kepada Anadolu bahwa perusahaan tersebut bersalah karena “menargetkan selebritas dan orang-orang terkenal yang mendukung perjuangan Palestina.”
"Saya pikir boikot terhadap produk Adidas perlu dilakukan, karena mereka harus belajar dari pengalaman pahit ini dengan menargetkan keuntungan mereka karena mereka lebih mengutamakan keuntungan daripada prinsip," kata Al-Arian, direktur Pusat Islam dan Urusan Global (CIGA) di Istanbul.
Menurut Al-Arian, kebijakan Adidas dan perusahaan multinasional lainnya telah memicu kemarahan di dunia Arab dan Muslim karena menargetkan selebritas pro-Palestina dan pro-boikot.
Sikap yang diambil oleh banyak selebriti ini adalah masalah prinsip yang menentang ideologi yang “supremasi dan rasis serta menguntungkan satu kelompok untuk mendominasi kelompok lain.”
Laporan tahunan Adidas tahun 2023 menunjukkan bahwa Eropa, Timur Tengah, dan Afrika menyumbang pangsa terbesar dari penjualan bersihnya sebesar 39 persen, dengan total EUR8,2 miliar (USD8,9 miliar).
Di kawasan Asia-Pasifik, penjualan mencapai EUR2,3 miliar, atau 11 persen dari distribusi global perusahaan. Kedua bagian dunia ini secara bersama-sama mewakili 50 persen dari penjualan Adidas.
Mengingat jumlah penduduk Muslim yang signifikan di wilayah ini, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sikap Adidas akan memengaruhi penjualannya pada 2024.
Pada Februari, McDonald's mengatakan konflik tersebut telah “berdampak signifikan” terhadap penjualannya pada kuartal terakhir tahun 2023, khususnya di Timur Tengah dan di negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
"Selama perang ini berlangsung ... kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan signifikan (di pasar-pasar ini)," kata CEO Chris Kempczinski.
Pada Maret, pemegang waralaba Starbucks di Timur Tengah mengumumkan bahwa mereka memecat sekitar 2.000 karyawan di kedai kopinya di seluruh wilayah karena boikot atas perang Gaza.
Adidas tidak mundur dari keputusan Hadid
Setelah keributan itu, Adidas menyampaikan permintaan maaf kepada para mitra, termasuk Hadid, dengan mengatakan: "Kami membuat kesalahan yang tidak disengaja. Kami juga meminta maaf kepada para mitra kami, Bella Hadid, A$AP Nast, Jules Kounde, dan lainnya, atas dampak negatif apa pun pada mereka, dan kami sedang merevisi kampanye tersebut."
Akan tetapi, perusahaan itu tidak membatalkan keputusannya tetapi mengumumkan rencana untuk merevisi kampanye, yang dapat memengaruhi sebagian besar pendapatannya.
'Tingginya kemunafikan'
"Menyingkirkan Bella Hadid, yang sangat terkenal di dunia mode dan model, dari kampanyenya sama saja dengan menundukkan diri pada tekanan Israel sehingga isu Palestina tidak dapat diperjuangkan oleh para selebriti tersebut. Bella Hadid berasal dari Palestina, dan mereka seharusnya tahu bahwa Bella Hadid telah berterus terang tentang isu Palestina," kata Al-Arian.
Al-Arian menuduh Adidas memiliki keterlibatan yang lebih luas dalam melemahkan hak-hak Palestina.
"Bagi mereka, mengontraknya dan kemudian meninggalkannya adalah puncak kemunafikan dalam masalah Palestina. Israel telah menekan perusahaan-perusahaan multinasional ini agar tidak mendukung para selebriti dan orang-orang terkenal yang mengadvokasi perjuangan Palestina," tukas dia.
'Kepanikan meningkat di Tel Aviv'
Direktur pelaksana firma risiko politik The International Interest Hamdi mengatakan Tel Aviv semakin tertekan karena persepsi publik yang semakin negatif terhadapnya.
“Terjadi kepanikan yang berkembang di Tel Aviv mengenai sejauh mana Israel telah kehilangan monopoli atas narasi publik,” ungkap dia.
Hamdi menjelaskan bahwa Israel sadar bahwa mereka tengah menjadi negara paria dan sekutu-sekutunya di lingkaran pembuat kebijakan semakin tidak nyaman dengan tekanan yang diberikan oleh publik yang semakin pro-Palestina.
“Karena itu, Israel menyerang merek-merek yang bahkan sedikit saja menunjukkan simpati Palestina dalam upaya putus asa untuk membungkam suara Palestina yang sangat efektif dalam mengubah opini publik,” jelas dia.
Dalam konteks Jerman, Israel awalnya merasa senang dengan dukungan Berlin. Namun baru-baru ini, Jerman telah mengindikasikan akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika surat perintah penangkapan dikeluarkan oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) menyusul permohonan pada Mei.
Dan setelah Adidas merekrut Hadid, hal ini menimbulkan keresahan di Tel Aviv, yang menganggap langkah tersebut sebagai indikasi perubahan luar biasa di Jerman.
“Perekrutan dan pemecatan Bella Hadid mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian di Jerman dan Adidas tentang cara mengatasi rasa bersalah atas genosida di masa lalu sementara opini publik yang semakin vokal mengecam genosida saat ini,” pungkas dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.