Budaya

Menelaah selera seni Presiden Indonesia lewat pameran lukisan

Kesukaan Soekarno yang pemuja wanita, terutama yang berkebaya, tercermin dari koleksi yang kini dipamerkan untuk umum 

31.07.2017 - Update : 01.08.2017
Menelaah selera seni Presiden Indonesia lewat pameran lukisan Pengunjung menyimak lukisan-lukisan di Galeri Nasional yang diperlihatkan sebelum pembukaan Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan RI. Pameran yang digelar untuk kedua kalinya ini mengangkat tema Senandung Ibu Pertiwi.  (Megiza Asmail – Anadolu Agency)

Regional

Megiza Asmail

JAKARTA

Sosok Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, memang dikenal sebagai pencinta seni rupa. Kolektor lukisan-lukisan bernuansa wanita menjadi salah satu label yang membuatnya kian dikenal di jagat pelukis Indonesia hingga dunia. 

Tidak hanya lukisan yang menampilkan sosok wanita tanpa busana, tetapi Soekarno juga menyenangi lukisan-lukisan perempuan yang mengenakan pakaian tradisional Indonesia, Kebaya. 

Dalam salah satu ruang pameran di Galeri Nasional yang akan dibuka Rabu 2 Agustus mendatang, terlihat jelas kekaguman Sang Proklamator dengan sosok perempuan mengenakan kain khas Indonesia itu.

Pameran Lukisan Istana Kepresidenan yang akan dibuka untuk publik hingga akhir Agustus nanti ini menunjukkan belasan lukisan wanita berkebaya yang sudah puluhan tahun tersimpan di Istana Negara. Kementerian Sekretariat Negara RI bahkan memastikan hingga kini Istana Kepresidenan memiliki lebih dari 50 lukisan bertema wanita berkebaya. 

Meski ada ruang khusus yang menampilkan nuansa perempuan berkebaya, pameran yang mengusung tema ‘Senandung Ibu Pertiwi’ ini sebenarnya juga berusaha mengangkat tema-tema lainnya. 

Bernilai miliaran rupiah

Kurator pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang digelar untuk kedua kalinya ini, Mikke Susanto, mengatakan dari 48 lukisan yang dipamerkan, 44 di antaranya dikoleksi pada era Presiden Soekarno. 

“Ada empat kriteria lukisan yang disebut miliki Presiden Soekarno yaitu yang dibawa masuk ke Istana karena dibeli, diberi, dibuatkan atau didapatkan karena hibah,” kata Mikke. 

Dari puluhan lukisan itu, Mikke mengatakan, secara umum ada dua karakter yang bisa menunjukkan selera Soekarno. Pertama adalah yang memperlihatkan Soekarno sebagai laki-laki dan yang kedua adalah sosoknya sebagai pejuang atau Bapak Bangsa yang nasionalis. 

Dari 48 lukisan yang dipampang, terdapat 12 lukisan yang menunjukkan keragaman alam, 11 lukisan dengan tema dinamika keseharian, sedang sisanya memperlihatkan lukisan yang mengangkat tema mitologi dan religi. 

Salah satunya seperti lukisan karya AD Pirous dan Ahmad Sadali, dua pelukis modern terkemuka Indonesia yang mengembangkan seni lukis abstrak dan mengimbuhinya dengan kaligrafi. Lukisan ini merupakan salah satu karya seni yang masuk ke Istana Kepresidenan pada era Presiden Soeharto. 

Lukisan istimewa lainnya yang dapat ditemukan dalam pameran ini adalah lukisan milik Raden Saleh yang dibuat pada 1863. Sapuan cat minyak di atas kanvas berukuran 160x116 sentimeter itu menjadi salah satu lukisan ikonik yang diberi judul Harimau Minum.

Dengan sejarah yang tertuang di atasnya, lukisan-lukisan ini sudah tentu memiliki harga yang sangat fantastis. Mikke menyebut, 40-an lukisan dalam pameran ini berharga hingga Rp 100 miliar. “Artinya, untuk satu lukisan saja rata-rata bisa dihargai sampai Rp2,5 miliar,” ungkapnya.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Triawan Munaf, mengungkapkan pameran lukisan Istana Kepresidenan akan selalu menjadi ajang seni yang sangat istimewa. Hal itu, menurutnya, karena sebagian besar koleksi yang ditampilkan adalah koleksi Bung Karno.

“Mungkin di seluruh dunia hanya beliau Presiden yang mempunyai koleksi seni lukis yang banyak,” katanya. 

Lebih lanjut, Triawan memastikan, 48 lukisan yang dipamerkan kali ini dipastikan berbeda dari apa yang ditunjukkan dalam gelaran tahun lalu. Dia pun menyebut sebuah lukisan tua yang selama ini bersemayam di Istana Kepresidenan Bogor sebagai salah satu lukisan yang spesial dalam pameran ini. 

“Ada satu lukisan karya pelukis Rusia, Makovsky, yang terlalu rapuh untuk dibawa. Lukisan itu sempat direstorasi pada 2004. Ketika ingin dibawa ke galeri, kurator tidak menyarankan hal itu. Akhirnya kami menunjukkannya dengan cara yang berbeda yaitu menampilkannya lewat layar LED,” ujar Triawan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın