Budaya

Menuntut ilmu hingga negeri Turki

Presiden Erdogan menargetkan Turki menjadi lima besar negara yang menjadi tujuan studi bagi pelajar asing di seluruh dunia

Pizaro Gozali İdrus  | 25.07.2018 - Update : 26.07.2018
Menuntut ilmu hingga negeri Turki Seorang guru mengajar bahasa Turki kepada calon mahasiswa sebelum masuk universitas di tempat belajar bahasa Turki di Jakarta, Indonesia pada 24 Juli 2018. (Anton Raharjo - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Pizaro Gozali

JAKARTA

“Merhaba arkadaşlar! benim adım Annisa Audrey, Uludağ Üniversitesi İşletme Fakültesinde okuyorum,” kata Annisa Audrey, 17 tahun, yang dengan bersemangat memperkenalkan dirinya dengan menggunakan bahasa Turki. Hari-hari pertamanya menempuh perkuliahan di Turki semakin dekat; September mendatang. 

Annisa baru mempelajari bahasa yang dikenal rumit ini selama sepekan, namun dia mengaku menikmatinya.

“Saya enjoy mempelajari bahasa Turki,” kata Annisa kepada Anadolu Agency di sela-sela kelas persiapan bahasa Turki di lembaga kursus Easy Turkish di Jakarta, Selasa.

Kegigihan gadis asal Balikpapan ini tinggi untuk melanjutkan kuliah di Turki. Demi mencari kampus idaman, dia pergi ke pameran pendidikan Turki di Jakarta dan ikut seleksi masuk Universitas Uludag.

“Ujian yang susah matematikanya,” kata dia.

Meski mengikuti ujian yang tak mudah, perjuangan Annisa tak sia-sia. Kampus yang terletak di kota Bursa itu mengumumkan lulusan pesantren tersebut berhasil diterima pada jurusan Manajemen dan Perdagangan Internasional.

“Saya pilih Turki karena di sana banyak benefit-nya dan dari segi agama mayoritas Islam,” jelas Annisa.

Annisa hanya salah satu dari 32 calon mahasiswa yang kini tengah belajar bahasa Turki di Easy Turkish. Semuanya bersiap menempuh pendidikan pada September mendatang di berbagai kampus di Turki.

Di akhir kelas, guru bahasa Turki Easy Turkish Victoria Christie berpesan agar mereka senantiasa mempraktikkan bahasa Turki sehari-sehari agar memudahkan perkuliahan.

Motivasi ke Turki

Minat masyarakat Indonesia belajar di Turki belakangan mulai tinggi. Apalagi, misi pemerintah Turki untuk menjadi pusat regional dalam hal pendidikan tinggi telah membuat negara ini menambah daya tampung pelajar asingnya.

Setidaknya ada sepuluh kampus negeri Turki yang telah menunjuk lembaga agensi pendidikan di Indonesia, Yayasan Pendidikan Indonesia-Turki, untuk menyelenggarakan ujian masuk nonbeasiswa.

Mereka adalah Universitas Istanbul, Universitas Sakarya, Universitas Suleyman Demirel, Universitas Çanakkale Onsekiz Mart, Universitas Kırklareli, Universitas Dumlupınar, universitas Kastamonu, Universitas Uludag, Universitas Selcuk, dan Universitas Bandırma.

Wakil Ketua Yayasan Muhammad Azhar mengatakan tahun ini terdapat 90 pelajar Indonesia untuk jenjang sarjana yang sudah diterima di 10 kampus tersebut.

“Tapi pendaftaran masih terus berlanjut hingga sekarang,” kata Azhar.

Azhar mengatakan alasan utama para pelajar Indonesia tertarik kuliah di Turki karena Turki dinilai sebagai negara Muslim yang ekonomi dan teknologinya maju.

“Tidak banyak negara seperti Turki, yang Muslim dan maju,” ujar Azhar.

Selain itu, Azhar juga mengatakan kampus Turki banyak memberikan subsidi kepada mahasiswa hingga membuat biaya kuliah murah.

Di Universitas Kastamonu saja, kata dia, biaya kuliah per semester setara dengan Rp600 ribu.

“Orang tua banyak tidak percaya. Jadi walaupun tanpa beasiswa masih tetap murah,” kata Azhar.

Turki, kata Azhar, juga terletak di dua benua yakni Eropa dan Asia. Hal tersebut memungkinkan para mahasiswa memiliki jaringan internasional yang luas.

Lebih lanjut Azhar menyampaikan meski dari segi bahasa dan politik tidak termasuk dalam Uni Eropa, Turki mengimplementasi Bologna process sejak tahun 2001.

“Ini membuat sistem pendidikan di negara tersebut setara dengan negara-negara di Eropa,” kata Azhar.

Baiknya kualitas pendidikan tinggi di Turki masih diingat betul oleh Muhammad Richard, yang menamatkan gelar sarjananya dengan beasiswa di Universitas Istanbul pada 2011-2016.

Mengambil jurusan bisnis administrasi, Richard mengaku para dosen di sana sangat membantunya untuk berkembang. “Mereka mau menyisihkan waktu untuk menjelaskan berkali-kali sampai kita paham,” ujar Richard.

Universitas Istanbul sendiri, menurut daftar Academic Ranking of World Universities yang mengurutkan universitas-universitas terbaik di seluruh dunia berdasarkan survei, tercatat sebagai kampus paling populer di Turki dan menempati urutan ke-400 di seluruh dunia.

Richard mengatakan pemerintah Indonesia dan Turki bisa memanfaatkan para alumni untuk menjadi duta guna memperkuat ekonomi perdagangan kedua negara.

Richard mengutip pernyataan Duta besar Turki untuk Indonesia, Sander Gurbuz, yang mengatakan nilai perdagangan Indonesia dan Turki saat ini mencapai USD5 miliar. Dalam 10 tahun ke depan, Turki menargetkan nilai kerja sama mencapai USD10 miliar.

“Itu nominal yang besar yang membutuhkan peran alumni,” kata dia.

Calon mahasiswa belajar bahasa Turki selama satu bulan sebelum masuk universitas di tempat belajar bahasa Turki di Jakarta, Indonesia pada 24 Juli 2018. (Anton Raharjo - Anadolu Agency)

Kuota beasiswa

Ketua Persatuan Pelajar Indonesia di Turki, Gesta Fauzia Nurbiansyah, mengatakan pemerintah Turki memberikan kuota beasiswa kepada sekitar 50 orang pelajar Indonesia untuk jenjang S1-S3 pada tahun lalu.

“Peminatnya sampai 1500-an,” jelas mahasiswa Magister Hubungan Internasional di Universitas Necmettin Erbakan, Turki, ini.

Presiden Erdogan sendiri menargetkan Turki menjadi lima besar negara yang menjadi tujuan studi bagi pelajar asing di seluruh dunia.

“Turki akan meningkatkan jumlah mahasiswa asing dari 115 ribu menjadi 350 ribu," ujar Erdogan dalam pertemuan puncak Federasi Asosiasi Pelajar Internasional (UDEF) di Istanbul, Mei lalu.

Menurut Gesta, kebanyakan para pelajar Indonesia memilih Turki lebih karena tertarik dengan sejarah dan peradaban bangsa Turki.

“Mereka yang mengambil arsitektur misalnya, ingin fokus dengan arsitektur zaman Ottoman,” kata pria berumur 26 tahun ini.

“Banyak penulis-penulis sejarah dan Islam berasal dari Turki,” tambah dia.

Animo kepada Turki juga menguat seiring peran Turki dalam pentas global.

“Istanbul itu sering kali ada konferensi internasional, apalagi sekarang Turki jadi ketua Organisasi Kerja sama Islam (OKI),” kata Gesta.

Mereka yang menempuh studi agama juga melihat Turki masih memiliki warisan Ottoman. “Teman-teman yang masih muda ketika diceritakan Al Fatih, ghirah-nya [semangatnya] langsung memuncak,” kata Gesta.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.