Dunia

Akibat blokade Israel pasien di Gaza terancam meninggal karena kekurangan obat-obatan

Kementerian Kesehatan di Gaza telah berulang kali memperingatkan tentang krisis kekurangan obat-obatan yang meningkat di Gaza yang memengaruhi kemampuan mereka yang sudah buruk dalam merawat orang.

Joma Younis, Ahmed Asmar  | 22.04.2025 - Update : 22.04.2025
Akibat blokade Israel pasien di Gaza terancam meninggal karena kekurangan obat-obatan Foto file - Anadolu Agency.

  • Setelah 50 hari diblokade, lebih dari 37% obat-obatan penting dan 59% peralatan medis sekali pakai tidak tersedia di Gaza

GAZA City, Palestina/ANKARA

Pasien Palestina di Gaza muncul sebagai salah satu korban yang paling terpukul akibat blokade Israel yang mencekik, dengan kekurangan obat-obatan kritis dan pasokan medis yang kini mengancam banyak nyawa.

Penutupan perbatasan yang berkepanjangan sejak 2 Maret telah menguras sumber daya penting rumah sakit, menciptakan krisis hidup atau mati bagi mereka yang membutuhkan perawatan, mulai dari penyakit kronis hingga cedera akibat perang.

Kementerian Kesehatan di Gaza telah berulang kali memperingatkan tentang krisis kekurangan obat-obatan yang meningkat di Gaza yang memengaruhi kemampuan mereka yang sudah buruk dalam merawat orang.

Kekurangan obat-obatan yang parah

Berbicara kepada Anadolu, Alaa Hilles, direktur Departemen Farmasi Rumah Sakit di Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan lebih dari 37% obat-obatan esensial dan setidaknya 59% perlengkapan medis sekali pakai tidak tersedia di toko obat kementerian.

"Kekurangan ini berdampak langsung pada semua layanan medis, termasuk layanan untuk mengobati kanker dan penyakit darah," kata Hilles, seraya mencatat bahwa 54% obat-obatan untuk mengobati penyakit ini tidak tersedia.

Ia menambahkan bahwa lebih dari 24% obat-obatan yang dibutuhkan untuk pasien dialisis juga tidak tersedia.

Dokter Palestina tersebut mencatat bahwa kementerian di Gaza secara teratur memberikan laporan tentang kekurangan obat-obatan kepada kelompok-kelompok internasional terkait, termasuk Komite Internasional Palang Merah dan Organisasi Kesehatan Dunia.

Mencari alternatif

Di tengah kekurangan obat-obatan saat ini, pejabat kesehatan tersebut mengatakan bahwa kementerian tengah mencari alternatif medis untuk mengatasi kekurangan tersebut dan mengurangi komplikasi bagi pasien.

Namun, ia mencatat bahwa alternatif tersebut tidak berhasil dalam semua kasus, karena mengganti obat dalam beberapa kasus dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan pasien.

Peringatan PBB

PBB pada hari Senin menandai 50 hari sejak Israel memberlakukan blokade penuh terhadap bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, dengan peringatan tentang situasi yang memburuk dengan cepat yang membahayakan nyawa warga sipil.

"Hari ini menandai 50 hari sejak otoritas Israel sepenuhnya memblokir pasokan masuk dalam bentuk apa pun ke Jalur Gaza," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers.

Mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, Dujarric mengatakan: "Sejak awal Maret, tidak ada satu pun truk yang membawa makanan, bahan bakar, obat-obatan, atau kebutuhan pokok lainnya yang diizinkan masuk, tidak peduli betapa pentingnya hal itu bagi kelangsungan hidup masyarakat."

Minggu lalu, Kantor Media Pemerintah yang berpusat di Gaza memperingatkan tentang kekurangan obat-obatan di Gaza dan penyebaran penyakit di antara orang-orang di daerah kantong yang dilanda perang itu.

Tentara Israel melanjutkan serangannya di Gaza pada 18 Maret, menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada 19 Januari.

Secara keseluruhan, Israel telah menewaskan lebih dari 51.200 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023.

Israel menghentikan pengiriman bantuan ke daerah kantong itu pada 2 Maret, beberapa jam setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata selama 42 hari.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.