Dokter bedah Palestina sebut Israel hancurkan sistem kesehatan Gaza secara sistematis
‘Pendudukan telah secara sistematis menghancurkan setiap aspek kehidupan di Jalur Gaza, dengan layanan kesehatan menjadi salah satu sektor yang paling terkena dampak,’ kata Dr. Fadel Naim

ISTANBUL
Israel secara sistematis menghancurkan sistem perawatan kesehatan di Gaza di tengah perang genosida di daerah kantong itu, kata seorang dokter bedah Palestina pada Selasa.
Dr. Fadel Naim, seorang ahli bedah ortopedi di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza, mengatakan sistem perawatan kesehatan di daerah kantong itu berada di ambang kehancuran karena rumah sakit tidak mampu menangani meningkatnya jumlah korban.
"Sejak dimulainya agresi (Israel), pendudukan telah secara sistematis menghancurkan setiap aspek kehidupan di Jalur Gaza, dengan layanan kesehatan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak," kata Naim dalam sebuah video yang dipublikasikan di akun X miliknya.
“Salah satu sektor yang paling terdampak adalah sistem perawatan kesehatan, yang secara sengaja ditargetkan pada semua tingkatan, mulai dari infrastruktur, sistem, peralatan hingga tenaga medis.”
Dia mengatakan bahwa serangan mematikan Israel menargetkan Rumah Sakit Baptis pada Oktober 2023, yang menyebabkan lebih dari 500 orang tewas dan menyebabkan kerusakan sebagian pada rumah sakit.
“Pendudukan tersebut secara sistematis menargetkan semua rumah sakit dan fasilitas medis di Gaza, termasuk rumah sakit besar seperti Al-Shifa, Nasser, Al-Quds, Kamal Adwan, Al-Rantisi, Al-Awda dan pusat-pusat perawatan kesehatan yang lebih kecil,” imbuh dia.
Rumah sakit sedang tertekan
Serangan Israel telah memaksa hampir semua rumah sakit di Gaza berhenti beroperasi, menjadikan Rumah Sakit Baptis satu-satunya fasilitas medis yang beroperasi di Kota Gaza.
“Setelah hancurnya semua rumah sakit di Kota Gaza dan wilayah utara, Rumah Sakit Baptis menjadi satu-satunya fasilitas yang menyediakan layanan bedah, pengobatan dalam, dan layanan kesehatan lainnya,” jelas Naim.
“Kapasitas normal rumah sakit adalah 30 hingga 50 tempat tidur, tetapi hari ini kami memiliki lebih dari 150 pasien, dan terkadang jumlahnya mencapai 300,” katanya.
“Kami terpaksa memanfaatkan setiap ruangan di rumah sakit, baik gereja maupun perpustakaan, untuk mengubahnya menjadi bangsal bagi yang terluka.”
Kekurangan kritis
Dokter bedah tersebut menyoroti kekurangan sumber daya penting di rumah sakit di tengah blokade Israel yang melumpuhkan terhadap Gaza.
“Setiap hari, kami menghadapi risiko kehabisan solar yang memaksa kami menghentikan layanan penting seperti mencuci kain bedah, mensterilkan peralatan bedah, atau bahkan mengoperasikan satu-satunya pemindai CT di Gaza utara di Rumah Sakit Arab Al-Ahli.”
Rumah sakit juga berjuang untuk merawat pasien yang rentan.
“Masalah yang sangat mendesak adalah banyaknya pasien dengan penyakit kronis, termasuk lansia, anak-anak, penderita diabetes, hipertensi, kanker, gagal ginjal, dan kondisi pediatrik yang kompleks,” kata Naim.
“Pasien-pasien ini sering kali terabaikan karena rumah sakit yang penuh sesak dan kurangnya kemampuan serta tenaga medis yang terspesialisasi.”
Seruan untuk tindakan segera
Dokter Palestina itu meminta tindakan segera untuk menghentikan serangan genosida Israel terhadap rumah sakit di Gaza.
“Ada kebutuhan mendesak untuk memberikan tekanan maksimum pada pendudukan guna memastikan perlindungan fasilitas dan personel medis,” katanya.
“Kami juga menyerukan pendirian rumah sakit lapangan khusus dan penyediaan tim medis yang diperlukan untuk mengoperasikan rumah sakit tersebut.”
Situasi di Rumah Sakit Baptis merupakan gambaran krisis perawatan kesehatan yang lebih luas di Gaza, di mana fasilitas medis berjuang untuk mengatasi kerusakan besar dan kurangnya sumber daya di tengah serangan Israel.
Tentara Israel secara sistematis telah menargetkan fasilitas umum, bangunan perumahan, dan infrastruktur selama perang mematikan di Gaza, memperburuk kondisi kehidupan yang sudah buruk bagi lebih dari dua juta warga Palestina di daerah kantong tersebut.
Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.300 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.