Dunia, Ekonomi, Nasional

Filipina dan Singapura resesi, ekonomi ASEAN kian suram

Thailand diperkirakan akan menyusul Filipina dan Singapura yang telah dahulu masuk ke jurang resesi ekonomi pada kuartal II 2020

Iqbal Musyaffa, Umar Idris  | 06.08.2020 - Update : 07.08.2020
Filipina dan Singapura resesi, ekonomi ASEAN kian suram ILUSTRASI: (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA, Indonesia

Dua negara ASEAN pada pekan ini resmi memasuki jurang resesi, yakni Singapura dan Filipina. Resesi kini membayangi sejumlah negara lainnya di kawasan ini, di antaranya Thailand dan Indonesia.

Pada Kamis, Filipina mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II 2020 minus -16,5 persen secara tahunan, terendah selama 39 tahun sejak 1981. 

Kontributor utama penurunan ekonomi Filipina pada kuartal II ialah sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan negatif -21,3 persen; sektor konstruksi -33,5 persen; dan transportasi dan storage sebesar -59,2 persen.

"Di antara sektor-sektor ekonomi utama, hanya pertanian, kehutanan, dan perikanan yang meningkat dengan pertumbuhan 1,6 persen," tulis Otoritas Statistik Filipina dalam situsnya.

Sedangkan industri dan jasa keduanya menurun selama periode tersebut masing-masing sebesar 22,9 persen dan 15,8 persen.Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) turun 16,5 persen pada kuartal kedua 2020

Resesi didefinisikan jika pertumbuhan selama dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif atau minus.

Sebelumnya pada kuartal I, ekonomi Filipina juga berkontraksi, yaitu -0,7% secara tahunan.

Secara kuartalan (QtQ), ekonomi Filipina selama April hingga Juni juga berkontraksi -15,2%. Pada kuartal I lalu secara kuartalan, ekonomi Filipina minus -5,1%.

Filipina menyusul Singapura yang lebih dahulu mengumumkan resesi.

Tercatat, pertumbuhan ekonomi Singapura minus -41,2% pada kuartal II-2020. Sebelumnya pada kuartal I-2020, ekonomi Singapura minus -3,3%.

Resesi di dua negara itu terjadi menyusul pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda reda. Bahkan Filipina, pada Kamis, telah menyalip Indonesia sebagai negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di ASEAN.

Pada Kamis, negara yang dipimpin Presiden Rodrigo Duterte itu mengumumkan penambahan kasus harian sebanyak 3.561, tertinggi sejak pandemi, sehingga total kasus positif Covid-19 menjadi 119.460.

Sementara Indonesia melaporkan 1.882 kasus baru. Ini menjadikan total kasus sebanyak 118.753. Sedangkan pasien meninggal bertambah 69 orang. Ini menjadikan angka kematian total mencapai 5.521.

Sejak Selasa pekan ini, Filipina memberlakukan kembali karantina wilayah alias lockdown selama dua pekan di sejumlah wilayah, antara lain ibukota Manila. Kebijakan ini diperkirakan semakin membuat ekonomi Filipina turun lebih dalam pada kuartal III.

Resesi diperkirakan meluas

Selain Filipina dan Singapura, negara lain di ASEAN sedang dibayang-bayangi resesi ialah Indonesia dan Thailand. Sebagai negara dengan kontribusi ekonomi terbesar di ASEAN, jika Indonesia mengalami resesi, ekonomi ASEAN secara keseluruhan akan terkena imbas.

PDB Indonesia mencapai sekitar USD1 triliun sejak 2018 silam, jauh di atas negara-negara ASEAN lainnya. Bahkan porsi PDB Indonesia terhadap perekonomian global sekitar 1,2 persen, mengutip keterangan ekonom INDEF Tauhid Ahmad pada akhir Juni lalu.

Kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal II yang diumum pada Rabu, minus hingga -5,32 persen secara tahunan, dan -4,19 persen secara kuartal.

Kontraksi ini lebih dalam dari konsensus pasar maupun ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 4,3 persen hingga 4,8 persen.

Pengamat ekonomi INDEF Didik J. Rachbini pada Kamis mengatakan, pemerintah Indonesia belum bisa mengendalikan pandemi Covid-19 dengan baik sehingga konsumsi masyarakat masih tertekan.

Kontribusi belanja masyarakat sangat besar perannya dalam mendorong perekonomian Indonesia hingga lebih dari setengah, dibandingkan belanja pemerintah yang hanya di kisaran 12-14 persen dari PDB.

“Pada kuartal ketiga nanti ekonomi diperkirakan negatif lebih dalam lagi kalau penanganan pandemi masih seperti ini,” lanjut DIdik, tanpa menyebutkan kisaran angka pertumbuhan di kuartal III.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis pada kuartal III, ekonomi Indonesia akan membaik dengan pertumbuhan 0 persen, dan menjadi 3 persen pada kuartal IV, sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 di kisaran 0 - 1 persen.

“Belanja pemerintah akan dipacu, sekarang kita dorong kementerian/lembaga yang belum menyelesaikan dokumen anggaran untuk secepatnya diselesaikan,” jelas Menteri Sri Mulyani.

Optimisme pemerintah Indonesia tentu dengan catatan jika belanja pemerintah berjalan mulus tanpa hambatan. Sebelumnya, prediksi Sri Mulyani yang memproyeksikan ekonomi Indonesia minus -5,1 persen, ternyata jatuh lebih dalam sebesar -5,32 persen.

Pesimisme juga meliputi bank sentral Thailand, negara dengan ekonomi terbesar kedua di ASEAN setelah Indonesia.

Bank Sentral Thailand pada akhir Juli lalu memprediksi ekonomi negara itu pada kuartal II negatif di level dua digita, sekitar -12 persen hingga -13 persen secara tahunan.

"Kuartal kedua mungkin menyusut yang terdalam dalam sejarah," kata Don Nakornthab, seorang direktur di Bank of Thailand (BOT), seperti dikutip media lokal.

Thailand mencatat rekor kontraksi ekonomi -12,5% pada kuartal kedua 1998, saat krisis keuangan melanda Asia.

Thailand yang memiliki perekonomian lebih terbuka dari Indonesia dengan motor pertumbuhan dari ekspor dan pariwisata, telah lebih dahulu mengalami kelesuan ekonomi akibat pandemi Covid-19 pada kuartal I. Pada kuartal I, ekonomi Thailand tercatat minus -1,8 persen.

Data produk domestik bruto (PDB) Thailand kuartal II akan diumumkan pada 17 Agustus nanti.

Covid-19 telah memporakporandakan ekonomi di kawasan ASEAN, kontras dengan pujian Managing Director IMF Kristalina Georgieva pada November 2019 silam saat pandemi belum melanda dunia.

Dalam pertemuannya dengan presiden Joko Widodo di Jakarta, Georgievana mengatakan ekonomi ASEAN merupakan titik cerah bagi perekonomian dunia yang tengah melesu akibat banyaknya ketidakpastian yang berasal dari adanya ketegangan politik dan ekonomi.

Pujian itu jelas tinggal kenangan belaka. Ekonomi ASEAN kini justru sedang menghadapi tentangan yang sangat berat akibat pandemi Covid-19 di kawasan ini belum ada tanda-tanda akan segera surut.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın