Ilmuwan: Saffron berkhasiat obati gejala depresi
Seorang peneliti di Universitas Murdoch mengatakan saffron dapat mengurangi gejala depresi sekitar 21 hingga 41 persen

Ankara
Nuri Aydın
ANKARA
Para ilmuwan menyatakan bahwa safron yang digunakan dalam berbagai bidang seperti kosmetik, obat-obatan dan makanan itu juga dapat digunakan untuk mengurangi depresi.
Kantor berita China, Xinhua melaporkan sebuah penelitian di Australia menyimpulkan bahwa saffron adalah salah satu tanaman termahal di dunia, yang mana dapat menyembuhkan depresi ketika digunakan dengan antidepresan farmasi.
Adrian Lopresti, seorang peneliti di Universitas Murdoch, mengatakan pihaknya menemukan orang yang menggunakan saffron yang memiliki efek plasebo dapat mengurangi gejala depresi sekitar 21 hingga 41 persen dalam penelitiannya.
Plasebo adalah istilah obat yang dibuat tanpa bahan kimia, yakni sebuah pengobatan yang tidak memiliki dampak yang bertujuan untuk mengontrol efek dari pengharapan.
Lopresti mengungkapkan bahwa saffron telah diidentifikasi memiliki banyak manfaat.
"Dalam pengamatan kami, kami melihat perbaikan dalam kualitas tidur, motivasi, keinginan untuk beraktivitas dan tingkat kesenangan yang dicapai dalam berkegiatan," ujar dia.
Meski begitu, para ahli menjelaskan bahwa konsumsi saffron berlebihan mungkin tidak baik untuk kesehatan mental seseorang, tetapi mereka menekankan perlunya melakukan studi lebih lanjut untuk mencapai hasil yang pasti.
Saffron, rempah-rempah termahal di dunia yang dijuluki “emas merah” itu dijual dengan kisaran harga sekitar USD3 ribu setiap kilogram.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.