Dunia, Ekonomi, Regional

Industri otomotif Thailand terguncang setelah GM hengkang

Keluarnya GM dari Thailand terjadi ketika China agresif ke pasar otomotif regional

Muhammad Nazarudin Latief  | 02.03.2020 - Update : 03.03.2020
Industri otomotif Thailand terguncang setelah GM hengkang Ilustrasi. (Foto file-Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Pengumuman General Motor untuk menghentikan operasi pasar Thailand dan melepas pabrik di Rayong pada 17 Februari lalu telah mengguncang sektor otomotif.

Meski GM bukan pabrikan dengan penjualan terbesar, namun Thailand adalah kawasan produksi penting, khususnya untuk jenis pick up yang tercatat terbesar kelima di dunia.

Dampak penutupan GM terasa pada penjualan, produksi, ekspor, kredit kepemilikan kendaraan, asuransi mobil, dan pasar mobil bekas, seperti dilansir Bangkok Post, Senin.

Sementara itu, Chevrolet Thailand meski berkomitmen terus menyediakan layanan service, purna jual, termasuk suku cadang, namun tidak bisa menjelaskan berapa lama bisa mempertahankan layanan ini.

Mereka belum menghentikan layanan service dan garansi, namun penjualan mobil baru akan berakhir pada 2020.

Pabrik GM diambil alih oleh perusahaan China, Great Wall Motors. Perusahaan ini sebelumnya berencana mendirikan pabrik SUV di Thailand dengan investasi sebesar USD300 juta pada 2013. Namun ditunda karena kekacauan politik dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

Surapong Paisitpatanapong, juru bicara club otomotif Federasi Industri Thailand mengatakan produksi otomotif tidak akan terpengaruh oleh keluarnya GM, karena produksi mereka segera digantikan oleh Great Wall.

GM memiliki dua line produksi, pertama di Rayong's WHA Eastern Seaboard Industrial Estate, pabrik ini memiliki kapasitas 180.000 unit. Berikutnya GM Powertrain Thailand dengan kapasitas sebesar 120.000 unit setahun. Kedua pabrik ini menghabiskan investasi sebesar USD1,4 milyar.

Kedua aset ini dijual ke Great Wall dan rencananya akan diselesaikan pada akhir 2020.

"Masuknya merek mobil China akan menciptakan opsi lain bagi pembeli Thailand untuk membeli kendaraan yang lebih murah, mirip dengan keberhasilan mobil MG beberapa tahun terakhir dalam menjual SUV ukuran menengah," kata Surapong.

"Klub optimistis melihat kesepakatan ini, dengan harapan bahwa pendatang baru dari China adalah pertanda baik untuk pasar mobil Thailand."

Dia mengatakan Great Wall adalah salah satu produsen mobil besar di China dengan lebih dari 1 juta mobil terjual setiap tahun. Masuknya pabrikan ini ke Thailand akan membantu produksi mobil penumpang, pickup dan kendaraan listrik (EV), sejalan dengan kebijakan pemerintah.

"Ini adalah situasi yang saling menguntungkan," kata Surapong.

Menteri Perindustrian Suriya Jungrungreangkit mengatakan masuknya Great Wall akan memastikan Thailand tetap menjadi pusat produksi kendaraan di Asia dalam jangka panjang.

Great Wall berencana memproduksi sekitar 100.000 kendaraan per tahun pada tahap awal, sementara GM sekitar 50.000 unit per tahun, kata Suriya.

"Great Wall bertemu dengan pejabat kementerian untuk investasi ini sebelumnya dan berjanji untuk memproduksi pickup, SUV dan EV secara lokal," katanya.

"Sekitar 50 persen dari produksi Great Wall adalah untuk ekspor. Kementerian mengharapkan Great Wall memulai produksi pada kuartal pertama 2022."

Penetrasi China

China memiliki banyak merek mobil lokal dan telah menjadi tempat produksi mobil terbesar di dunia sejak 2009 dengan memproduksi sebanyak 13,8 juta mobil, melampaui 7,93 juta mobil Jepang pada periode tersebut.

Menurut Organisasi Internasional Produsen Kendaraan Bermotor, China memproduksi 27,8 juta mobil dan menjadi produsen terbesar di dunia pada 2018, sementara AS berada di posisi kedua dengan 11,3 juta mobil.

Pada 2018, Thailand berada di peringkat ke-11 dengan 2,17 juta kendaraan.

Merek-merek Cina mulai menembus pasar mobil Thailand melalui impor pada 2009. Seperti halnya merk Chery yang diimpor dan didistribusikan secara lokal oleh Yontrakit Group dan biayanya sekitar USD12 ribu per unit.

Chery tidak begitu memikat pasar lokal meski meskipun menawarkan harga menarik, masalahnya adalah layanan purna jual Yontrakit yang tidak memenuhi harapan konsumen Thailand.

Chery kalah bersaing dengan merek Jepang, yang bergabung dengan skema mobil ramah lingkungan pemerintah pada periode itu dan menawarkan harga yang wajar dan jaringan purna jual yang lebih kuat.

Pada 2012, SAIC Motor dan konglomerat Thailand Charoen Pokphand Group mengumumkan bahwa mereka membangun usaha patungan dengan komposisi 51:49, memproduksi mobil di Thailand untuk penjualan lokal dan ekspor mobil.

Mereka memulai produksi mobil MG pada pertengahan 2014. Merek MG berasal dari Inggris yang runtuh pada 2005.

SAIC Motor yang berbasis di Shanghai mengakuisisi Nanjing Automobile, pemilik pabrik MG di Inggris, pada 2007.

MG awalnya hanya bisa menjual 300 unit mobil di Thailand pada 2014. Namun pada 2015 menjadi 3.778 unit mobil, melonjak menjadi 8.319 unit pada 2016.

Pada 2017, sebanyak 12.013 mobil terjual, kemudian menjadi 23.740 pada 2018.

Tren penjualan terus naik pada 2019 hingga bisa menjual sebanyak 25.516 unit atau naik 11,7 persen. Berbeda dengan pasar mobil Thailand yang turun 3,3 persen pada periode tersebut dengan hanya menjual 1.007.552 unit mobil.

SAIC Motor-CP akan mulai mengekspor MG ZS SUV ke Indonesia untuk pertama kalinya awal tahun ini.

Titikorn Lertsirirungsun, manajer untuk Asia Tenggara di perusahaan riset LMC Automotive, mengatakan merek MG cukup sukses dan kompetitif untuk memperluas distribusi di Asia Tenggara.

"Pada saat ini, MG dapat memasuki pasar lain setelah penjualannya memuaskan di Thailand," katanya.

Titikorn mengatakan merek lain yang mencoba memasuki Asia Tenggara termasuk Wuling, yang tertarik dengan pasar Indonesia, dan Geely melalui kepemilikannya pada Proton Malaysia.

Wuling bermitra dengan SAIC dan GM untuk mengembangkan SUV dengan nama Baojun, Wuling dan Chevrolet.

Dengan platform SUV, mereka memproduksi Chevrolet Captiva untuk pasar Thailand, Wuling Almaz untuk Indonesia dan Baojun 530 untuk China.

Pada April 2019, CP Group dan China Foton Motor Group mendirikan usaha patungan di Thailand untuk membuat semua jenis kendaraan dengan investasi 500 juta baht.

Merek Foton telah mencoba memasuki Thailand selama beberapa tahun terakhir. Langkah pertama adalah menamai distributor dan assembler resmi setempat, United Motors Co.

Foton kemudian mengambil alih semua administrasi lokal dari United Motors pada akhir 2016 dan menyewa Bangchan General Assembly Co untuk membuat pickup dan mobil penumpang Foton. United Motors mengambil tanggung jawab produksi untuk truk-truk besar.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın