Dunia, Ekonomi, Nasional

Membantu Palestina lewat hubungan dagang

Palestina juga membutuhkan investasi untuk membangkitkan perekonomian

Muhammad Nazarudin Latief  | 07.08.2018 - Update : 08.08.2018
Membantu Palestina lewat hubungan dagang Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita (kanan) berjabat tangan dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun seusai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di Jakarta, Indonesia pada Senin 6 Agustus 2018. Kerjasama ini mengenai pemberian prefensi penghapusan tarif bea masuk bagi produk kurma dan virgin olieve oil (minyak zaitun murni). ( Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

Muhammad Latief

Jakarta

Indonesia dan Palestina baru saja menandatangani implementating agreement (perjanjian pelaksanaan) sebuah memorandum of understanding (nota kesepahaman/MoU) tentang pemberian preferensi penghapusan tarif bea masuk.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun menandatangani perjanjian tersebut, Senin di Jakarta.

Direktur Jenderal Perundingan Perjanjian Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo mengatakan perjanjian ini akan meningkatkan perekonomian Palestina, terutama mengatasi biaya tarif barang produksinya yang akan diekspor.

“Untuk sementara produknya dua. Jadi ada dua HS (harmonized system) untuk kurma baik yang fresh maupun dry dan untuk minyak zaitun yang virgin olive oil,” ujar Iman, Selasa.

Kesepakatan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia-Palestina ditandatangani saat Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) ke-11 di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 2017. Waktu itu Mou ditandatangani oleh Menteri Enggar dari Menteri Ekonomi Palestina Abeer Odeh.

Presiden sudah mengeluarkan Prespres No. 34.2018 untuk mengesahkan kesepahaman tersebut.

Setelah perjanjian tandatangani, dalam satu bulan mendatang Indonesia akan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang aturan tata laksana impor dan sanitary and phytosanitary procedur (SPS) “Jadi September bisnis dimulai,” ujar Iman.

Bagi Indonesia, ini adalah wujud konkret dukungan pada perjuangan bangsa Palestina. Indonesia, tidak hanya memberikan dukungan politik, namun juga memberikan insentif yang menggerakkan perekonomian di negara yang terus menerus menghadapi agresi Israel itu.

Harapannya dengan perdagangan kedua negara bisa membuat rakyat Palestina menikmati barang kebutuhan yang diimpor dari Indonesia dengan harga murah. Demikian juga barang-barang dari Palestina bisa lebih kompetitif di pasar terbesar Asia Tenggara ini.


Belum dua arah

Sebelum perjanjian pelaksanaan ditandatangani, Kemendag sebenarnya sudah dua-tiga bulan belakangan ini meminta utusan Palestina untuk datang berkunjung. Pemerintah ingin mengetahui barang kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di Palestina. Selain itu juga produk andalan negara tersebut yang bisa membuat pengusaha Indonesia tertarik mengimpor.

“Jadi yang berikutnya nanti lebih dua arah. Kalau sekarang baru satu arah dari Palestina. Ke depan akan dikemas dalam bentuk preferential trade arrengement, ini mengurangi tarifnya dalam jumlah yang disepakati,” ujar dia.

Perhitungannya, dalam satu tahun implementasi perjanjian ini bisa meningkatkan ekspor kurma Palestina ke Indonesia sekitar 11,62 persen. Pada September tahun depan, total perdagangan juga sudah meningkat karena daftar produk dari Palestina sudah tersedia.

Untuk olive oil volumenya akan lebih besar karena Indonesia membutuhkan komoditas tersebut untuk industri makanan dan kosmetik. Diperkirakan dalam satu tahun implementasi perjanjian, volumenya akan meningkat hingga 172 persen.

Selama ini, Indonesia mengimpor minyak zaitun dengan negara lain, namun dengan perjanjian ini, pemerintah mendorong agar pengusaha melihat produk dari Palestina sebagai alternatif. Apalagi dengan skema tarif impor nol, sehingga menjadi semacam insentif yang membantu para pengusaha.

“Ini barangnya bagus. Di implementing agreement juga ada ketentuan SPS. Itu ketentuan dasar, jadi aman di konsumsi,” ujar Iman.

Sebagai gambaran, pada periode Januari-November 2017, Indonesia mengimpor kurma dari Palestina senilai USD341,03 ribu atau seberat 38,71 ton sepanjang Januari-November 2017.

Sementara untuk minyak zaitun baru tercatat pada periode Januari-November 2016 senilai USS 2.750 dengan berat 621 kilogram.

Untuk produk ekspor, Indonesia masih menunggu daftar kebutuhan yang akan dikirim Palestina. Saat pertemuan di Buenos Aires, Menteri Abeer Odeh bercerita jika hampir semua sektor produksi di Palestina hancur karena perang. Sehingga, negara itu perlu banyak jenis barang untuk memenuhi kebutuhan mereka, terutama makanan.

“Mi instan pernah disebut. Biskuit juga iya. Kita tidak menutup kemungkinan jika ada barang lain non-makanan,” ujar Iman.

Masyarakat Palestina sebenarnya juga sudah menikmati mi instan produk Indonesia, namun mengimpornya dari Mesir dan Jordania. Menurut Iman, lebih baik mereka mendapatkan mi instan langsung dari Indonesia, meski tetap harus melewati jalur Mesir atau Jordan.


Mendorong Palestina mandiri

Nilai perdagangan Indonesia-Palestina masih terbilang kecil. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan kedua negara pada 2017 sebesar USD2,39 juta dan sepenuhnya merupakan perdagangan nonmigas.

Ekspor Indonesia ke Palestina 2017 sebesar USD2,05 juta, dan impor Indonesia dari Palestina 2017 sebesar USD341 ribu berupa kurma. Neraca perdagangan Indonesia Palestina pada 2017 surplus bagi Indonesia sebesar USD1,7 Juta.

Sementara itu, pada periode Januari-Mei 2018 total perdagangan kedua negara mencapai USD1,62 juta. Ekspor Indonesia ke Palestina sebesar USD912,5 ribu dan impor Indonesia dari Palestina sebesar USD717 ribu. Indonesia mencatatkan surplus USD 195,5 ribu.

Palestina merupakan negara tujuan ekspor Indonesia ke-164 dengan komoditas seperti ekstrak, konsentrat, dan sari kopi dan teh; pasta; parfum; roti; dan sabun. Sementara itu, Palestina adalah negara sumber impor ke-162 bagi Indonesia dengan produk baik kurma kering maupun basah.

Dubes Zuhair Al-Shun mengatakan penghapusan tarif ini bermanfaat untuk kemajuan perekonomian Palestina. Keuntungan dari penghapusan tarif ini bisa membangkitkan kemandirian keuangan bangsa Palestina untuk memulai pembangunan karena penjajahan bangsa Israel.

“Palestina ingin menguatkan perdagangan di antara kedua negara,” ujar dia.

Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) mengatakan Yon Machmudi mengatakan kerja sama perdagangan ini bisa membangkitkan perekonomian Palestina. Dengan fasilitas bebas tarif, ekspor kurma Palestina bisa meningkat, karena konsumsi komoditas ini di Indonesia juga tinggi.

Menurut Yon, dukungan ekonomi yang lebih kongkret bisa dilakukan Indonesia dengan menanamkan investasinya ke negeri tersebut. Salah satu potensinya ada di bidang pertanian sayur dan buah-buahan. Bisa saja pengusaha Indonesia mengekspor pupuk dan mendirikan pabrik pengolahan buah-buahan menjadi jus dalam kemasan.

“Tanah Palestina itu terkenal paling subur di timur tengah,” ujar dia.

Sektor lain adalah penyediaan air bersih. Palestina juga membutuhkan pembangunan infrastruktur yang masif.

“Industri di Palestina membutuhkan dukungan karena tidak bisa berkembang akibat perang.”

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.