Dunia, Regional

NGO Myanmar: 275 tewas sejak kudeta militer

Seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun tewas ditembak aparat keamanan Myanmar di rumahnya di Kota Mandalay

Pizaro Gozali Idrus  | 24.03.2021 - Update : 25.03.2021
NGO Myanmar: 275 tewas sejak kudeta militer Ilustrasi: Keluarga membawa jenazah korban kekerasan militer saat demonstrasi menentang junta di Myanmar. (Stringer - Anadolu Ajansı )

Jakarta Raya

JAKARTA

Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga Myanmar yang tewas telah mencapai 275 seorang sejak kudeta militer 1 Februari lalu.

Dalam laporannya pada Selasa malam, Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), yang berbasis di Maesot, Thailand menyampaikan tambahan 14 orang tewas menyusul kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Dari jumlah tersebut, tiga orang ditembak mati di Mandalay dan satu orang ditabrak oleh kendaraan militer yang melaju dengan kecepatan tinggi di Dawei di Wilayah Tanintharyi pada Selasa.

Sementara, 10 lainnya tewas pada Senin dan baru ditambahkan pada Selasa.

“Jumlah korban sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi. Kami akan terus menambahkan,” terang AAPP.

AAPP melaporkan total 2.812 orang telah ditangkap, didakwa atau dihukum menyusul terjadinya kudeta militer pada 1 Februari.

Sementara itu, media lokal Myanmar Now melaporkan seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun tewas ditembak aparat keamanan Myanmar di rumahnya di Kota Mandalay pada Selasa.

Khin Myo Chit ditembak di bagian perut oleh seorang tentara saat dia duduk di pangkuan ayahnya di dalam rumahnya, kata kakak perempuannya, Aye Chan San.

Bocah itu menjadi korban termuda sejauh ini dari ratusan warga sipil yang tewas sejak kudeta militer.

Aye Chan San mengungkapkan, kejadian berawal saat tentara ingin menembak ayahnya di rumah.

Namun tembakan aparat itu, mengenai bocah perempuan yang sedang duduk di pangkuan ayahnya.

“Ayah saya juga tidak tahu harus berbuat apa karena anak itu ada dalam pelukannya… Mereka menyuruhnya untuk memberikan anak itu,” kata Aye Chan Shan. Namun, ayahnya menolak.

Situasi di Myanmar terus bergejolak usai militer merebut kekuasaan pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Menanggapi kudeta tersebut, kelompok sipil di seluruh negeri meluncurkan kampanye pembangkangan sipil dengan demonstrasi massa dan aksi duduk.





Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın