Peran penting Indonesia dan ambisi Indo-Pasifik Amerika
Latihan perang Indonesia-Amerika Serikat adalah upaya Indonesia konsisten menjalankan politik luar negeri bebas aktif, menjalin hubungan dengan semua kekuatan global
Jakarta Raya
JAKARTA
Membangun kemitraan strategis dengan Indonesia penting bagi Amerika Serikat jika ingin meningkatkan hubungan dengan Asia Tenggara dan Asia, ujar Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Rabu.
Menteri Retno menyampaikan hal tersebut setelah sebelumnya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dalam Dialog Strategis (1st Meeting of Strategic Dialogue) di Washington, 3 Agustus lalu.
"AS juga merupakan salah satu mitra penting dalam mengimplementasikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific," kata Menteri Retno dalam pernyataan resmi.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Blinken menekankan peran penting Indonesia dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
“Indonesia merupakan mitra demokrasi kunci dan AS siap bekerja sama dalam berbagai isu-isu penting di kawasan" tegas Blinken.
AS mengajak Indonesia membahas situasi Myanmar dan mempunyai kekhawatiran yang sama melihat perkembangan mutakhir negara itu.
Soal Afghanistan juga dibahas, apalagi Indonesia mempunyai peran sebagai inisiator pertemuan ulama untuk memulai perdamaian di negara itu.
Indo-pasifik yang bebas dan terbuka
Membentuk Indo-pasifik yang bebas dan terbuka menjadi agenda Amerika Serikat.
Hal ini diungkapkan kedutaan besar negara itu di Jakarta menyambut latihan gabungan militer Indonesia-Amerika, 1-14 Agustus.
Latihan yang disebut sebagai terbesar dalam sejarah hubungan Indonesia-AS, ujar kedutaan merupakan bentuk kerja sama yang lebih maju antara kedua negara dalam mendukung wilayah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Latihan dengan nama sandi “Garuda Shield” ini juga disebut pengamat sebagai upaya AS untuk mengimbangi eskalasi perebutan dengan China pengaruh di Laut China Selatan.
Singkatnya, latihan ini merupakan upaya AS meningkatkan daya tangkal terhadap pengaruh China di kawasan Asia Tenggara.
Khairul Fahmi, pengamat dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) mengungkapkan Amerika melakukan glorifikasi terhadap latihan gabungan militer dengan Indonesia, apalagi di saat ada ketegangan di kawasan Laut China Selatan.
Promosi dan publikasi latihan ini menurut dia terlihat lebih besar,
Tapi kepentingan Amerika terhadap kawasan dinetralisir dengan agenda Indonesia yang ingin menunjukkan konsistensi menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan berupaya membangun kerja sama dan kemitraan strategis dengan berbagai negara.
Bebas aktif dalam UU No 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri adalah politik yang bebas menetukan sikap dan kebijakan terhadap masalah internasional dan tidak mengingatkan diri pada satu kekuatan dunia. Selain itu juga aktif memberikan sumbangan dalam menyelesaikan permasalahan dunia.
Dewi Fortuna Anwar, pengamat senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan Indonesia di satu sisi mempunyai hubungan pertahanan dan keamanan yang erat dengan AS, namun di sisi lain memiliki hubungan ekonomi yang sangat dekat dengan China, bahkan hingga kini terus meningkat.
Tapi uniknya, kedekatan TNI AD dan US Army dalam latihan gabungan ini tidak akan menimbulkan kekhawatiran bagi China.
"Setiap AS mengadakan latihan apakah itu di Taiwan Strait apalagi di Laut China Selatan, China pasti ribut. Tapi itu jika dilakukan dengan Indonesia, saya kira tidak akan ribut," kata Dewi pada Anadolu Agency.
Hikmahanto Juwana, pengamat hubungan internasional mengungkapkan pandangan senada.
Bahkan kata dia, latihan gabungan ini justru akan memancing reaksi positif dari China.
“Justru dampaknya akan positif karena China akan menawarkan berbagai pemanis, mungkin termasuk vaksin,” ucap Hikmahanto.
“Terpenting bagi Indonesia adalah para prajurit bisa berinteraksi dengan koleganya dari AS, mempelajari hal baru yang dimiliki prajurit AS yang kita tidak miliki,” kata Hikmahanto.