PROFIL - Husni Mubarak, presiden paling lama berkuasa di Mesir
Mubarak, yang wafat pada usia 91 tahun, menjabat selama hampir tiga dekade

Egypt
Mahmoud Mohamed Barakat
ANKARA
Mantan Presiden Mesir Mohamed Husni Mubarak tutup usia pada usia 91 tahun pada Selasa.
Mubarak yang lahir pada 4 Mei 1928 telah bertahun-tahun menderita penyakit.
Dia mulai berkuasa pada Oktober 1981, menggantikan Mohamed Anwar Sadat.
Setelah menjadi pilot di Angkatan Udara Mesir pada 1950, dia dipindahkan ke Pangkalan Udara Helwan setahun kemudian.
Mubarak juga sempat bekerja sebagai pelatih di Akademi Angkatan Udara Mesir, hingga diangkat menjadi kepala staf pada 1959.
Pada 1967, Mubarak menjabat sebagai direktur Akademi Angkatan Udara.
Kemudian pada 1972, dia menjadi komandan Angkatan Udara Mesir sekaligus wakil menteri pertahanan.
Mubarak memimpin Angkatan Udara Mesir selama Perang Oktober 1973.
Berkat kontribusinya dalam perang tersebut, dia pun dipromosikan sebagai panglima udara oleh mantan presiden Anwar al-Sadat pada Februari 1974.
Mubarak sebagai kepala pemerintahan
Sadat menunjuk Mubarak sebagai wakilnya pada April 1975.
Pasca-terbunuhnya Sadat pada 6 Oktober 1981, Mubarak menjabat sebagai presiden Mesir hampir 30 tahun lamanya.
Kepopulerannya pun kian melejit setelah dia mengibarkan bendera Mesir di Semenanjung Sinai pada April 1982.
Pada 1989, melalui arbitrase internasional, Mubarak berhasil merebut kembali Kota Taba, Sinai, dari Israel.
Dia juga berhasil memperbaiki hubungan Mesir dengan negara-negara Arab setelah ketegangan meliputi kawasan itu.
Kemudian, markas Liga Arab kembali ke Kairo pada 1990, yakni 11 tahun setelah dipindahkan ke Tunisia.
Sepuluh tahun pertama pemerintahan Mubarak berjalan dengan tenang, kecuali kerusuhan selama tiga hari yang meletus pada 1986.
Namun, krisis ekonomi mulai muncul setelah dia mengadopsi program reformasi ekonomi di bawah pengawasan Dana Moneter Internasional.
Selama 1990-1991, Mubarak dipandang sebagai pemain kunci internasional ketika Mesir masuk koalisi pimpinan AS untuk membebaskan Kuwait dari Irak.
Pergolakan inilah yang menyebabkan krisis ekonomi memuncak.
Musim Semi Arab
Di awal tahun 2000-an, sosok putra Mubarak, Gamal, mulai disorot karena menjabat di partai yang berkuasa.
Gamal mulai sering menghadiri konferensi dan melakukan kunjungan resmi ke AS. Rakyat Mesir pun khawatir jika kekuasaan akan otomatis diturunkan dari Mubarak ke putranya.
Semakin banyak pengaruh Gamal di negara itu, semakin besar kemarahan publik terhadap ayahnya, apalagi di tengah kondisi kehidupan yang memburuk.
Orang-orang kemudian mulai turun ke jalanan untuk berunjuk rasa.
Amarah rakyat Mesir memuncak ketika seorang pemuda bernama Khaled Saeed tewas dalam penjara pada Juni 2010, dan foto wajahnya yang dimutilasi beredar luas di media sosial.
Rakyat semakin berbalik menentang rezim Mesir ketika seorang pedagang kaki lima membakar dirinya sendiri untuk memprotes penyiksaan yang dilakukan oleh pasukan keamanan terhadapnya pada Desember 2010.
Insiden ini memicu unjuk rasa antirezim pada 25 Januari 2011, yang kemudian dikenal sebagai "Musim Semi Arab".
Setelah demonstrasi besar-besaran berikutnya meletus, yakni pada 11 Februari 2011, pemerintahan Mubarak pun resmi berakhir.
Unjuk rasa selama 18 hari itu telah menewaskan 841 warga sipil dan Mubarak dijebloskan ke penjara dengan tuduhan pembunuhan dan korupsi.
Setahun kemudian, Mohammed Morsi menjadi presiden pertama yang dipilih secara demokratis di negara itu.
Morsi digulingkan dalam kudeta militer yang dipimpin oleh Presiden Abdel-Fattah al-Sisi pada 2013 dan meninggal dunia selama persidangan Juni lalu.