
Ankara
Riyaz ul Khaliq
ANKARA
Kunjungan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad selama empat hari ke Turki, menarik perhatian banyak orang.
Kedua negara, Malaysia dan Turki, mewakili kebebasan, demokrasi dan kekuasaan rakyat di dunia Muslim.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Mahathir diyakini sebagai mesin kembar dunia Muslim, yang membawa negara mereka ke jalur pertumbuhan dan mengubah banyak orang.
“Hanya dua pemimpin menonjol di dunia Muslim yang berhasil mengubah negara mereka. Perdana Menteri Mahathir yang di bawah kepemimpinannya meningkatkan pendapatan per kapita Malaysia. Negara lainnya adalah Turki. Kami melihat perubahan pada Turki di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan, di mana pendapatan per kapita naik dan kondisi masyarakat membaik,” kata Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, ketika memberikan penghormatan kepada dua pemimpin dunia Muslim.
Mahathir, 94, adalah seorang dokter yang terpilih menjadi perdana menteri Malaysia setelah mengalahkan rekan di partai sebelumnya Najib Razak pada Mei 2018.
Ini adalah keenam kalinya dia terpilih sebagai pemimpin negara.
Mahathir lahir pada 20 Desember 1925 di Alor Setar, negara bagian Kedah, Malaysia.
Sang ayah, Iskandar, berprofesi sebagai guru di sekolah berbahasa Inggris dan memiliki sembilan anak.
Mahathir mengenyam pendidikan di sekolah tata bahasa Islam sebelum bergabung dengan Sultan Abdul Hamid College.
Selama masa sekolah, dia mendapat beasiswa untuk mendukung studinya.
Mahathir kemudian kuliah di Fakultas Kedokteran King Edward VII di Universitas Malaya di Singapura dan lulus pada 1953.
Dia memulai praktik sebagai dokter di kota kelahirannya pada 1957 dan menjadi satu-satunya dokter Melayu pada waktu itu.
Setahun sebelumnya, Mahathir menikahi Siti Hasmah dan kemudian dianugerahi tujuh anak, empat di antaranya merupakan anak kandung, sementara tiga lainnya diadopsi.
Karir politik
Perjalanan politik Mahathir dimulai selama masa sekolah.
Dia kemudian menjadi tokoh penting di Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), partai politik terbesar Malaysia.
Mahathir memenangkan pemilihan pertamanya pada 1964, mewakili Kota Setar Selatan di Dewan Perwakilan Parlemen Federal.
Dia kemudian kalah ketika mencoba maju kembali pada pemilihan 1969.
Saat itu, Malaysia sedang mengalami ketegangan rasial antara etnis Tionghoa dan Melayu.
Perpecahan antara Mahathir, dokter muda yang berkarir sebagai politisi, dan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman tumbuh tak terbendung.
Dalam sebuah surat terbuka, dia menuduh perdana menteri mendukung kepentingan etnis Tionghoa.
Mahathir telah menulis 16 buku, dengan karya yang paling terkenal adalah buku kontroversial berjudul "Dilema Melayu" yang diterbitkan pada 1970, di mana dia menyoroti dominasi China dan nasib warga Melayu pribumi.
Buku itu sempat dilarang beredar, namun kemudian menyebabkan jatuhnya pemerintahan PM Rahman.
Mahathir kembali terpilih di parlemen federal pada 1973 dan dari sana, karirnya terus melaju.
Dia menjadi menteri pendidikan pada 1974 dan naik menjadi wakil perdana menteri pada 1976.
Mahathir kemudian terpilih sebagai presiden UMNO pada Juni 1981
Setelah Perdana Menteri saat itu, Hussein Onn, pensiun dari politik aktif, Mahathir menggantikannya pada Juli 1981.
Dia menjadi politisi pertama dari latar belakang sederhana yang memegang jabatan tinggi di Malaysia.
Setelah memenangkan lima pemilihan berturut-turut, Mahathir memutuskan pensiun dari politik aktif pada 2003.
Namun, dia kembali ke arena politik sekali lagi pada 2015, membentuk Partai Persatuan Adat Malaysia (MUIP), yang dia gabungkan dengan Pakatan Harapan untuk membentuk koalisi
Di usia 93 tahun, pada Januari 2018, Mahathir mengumumkan pencalonan dirinya dalam pemilihan umum dan menang dengan mayoritas tipis.
Dia banyak mengangkat anak-anak muda sebagai menteri.
Mereka terlalu muda sampai-sampai mereka bahkan belum dilahirkan ketika Mahathir pertama kali menjabat pada 1981.
Perdana menteri dengan visi ekonomi
Negara berpenduduk 32 juta itu berubah menjadi salah satu ekonomi utama Asia selama masa jabatan Mahathir.
Dia dipuji karena telah memimpin pertumbuhan ekonomi pesat Malaysia, yang ditandai dengan munculnya proyek-proyek elit, termasuk Menara Kembar Petronas.
Kemajuan tersebut menunjukkan visi dan ambisinya yang luas.
Malaysia mengalami ekspansi ekonomi sebesar 8 persen dari 1988 hingga 1996.
Mahathir merilis sebuah rencana ekonomi, The Way Forward or Vision 2020, mengharapkan Malaysia menjadi negara yang berkembang sepenuhnya pada 2020.
Dia memprivatisasi perusahaan pemerintah, termasuk maskapai penerbangan, utilitas dan telekomunikasi, yang mengumpulkan uang bagi pemerintah dan memperbaiki kondisi kerja bagi banyak karyawan.
Tol Utara-Selatan, jalan raya yang membentang dari perbatasan Thailand ke Singapura, dianggap sebagai salah satu infrastruktur besar yang dibangun di bawah kepemimpinan Mahathir.
Selama kunjungan ke Inggris baru-baru ini, dia mengecam negara-negara barat, mengatakan bahwa klaim mereka sebagai negara tanpa batas dalam isu migran tidak konsisten.
Dalam pidatonya di Union Cambridge pada Juni, perdana menteri lanjut usia itu mengatakan bahwa negara-negara barat menghasilkan ide dunia tanpa batas, tetapi itu hanya berarti untuk aliran modal.
"Ketika orang-orang mulai bergerak, [negara-negara barat] mulai membangun tembok dan kawat berduri untuk mengusir mereka," ujar dia.
Mahathir mengatakan negaranya menderita krisis mata uang pada1997-1998 karena sejumlah besar uang yang masuk ke Malaysia dari luar negeri meningkatkan nilai saham.
Hubungan Turki-Malaysia
Turki dan Malaysia menjalin hubungan bilateral yang hangat sejak menjadi negara mayoritas Muslim.
Ketika mantan Perdana Menteri Turki Necmettin Erbakan membagi idenya untuk membentuk D-8, sebuah kelompok ekonomi negara-negara Muslim berkembang pada 1998, Mahathir memperluas dukungannya untuk mengintegrasikan ekonomi Muslim.
Sejak Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) naik ke tampuk kekuasaan Turki pada 2002, hubungan bilateral kedua negara mengalami peningkatan pesat.
Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa total perdagangan antara kedua negara mencapai MYR9,79 miliar (sekitar Rp33,2 triliun).
Kunjungan Mahathir ke Turki diharapkan fokus pada perluasan hubungan pertahanan karena perusahaan-perusahaan Turki saat ini menjadi 100 perusahaan penghasil senjata terbaik di dunia.
Pendukung negara Palestina
Mahathir tidak ragu untuk menggambarkan Israel sebagai negara teroris.
Awal tahun ini, dia melarang atlet Israel berpartisipasi dalam kejuaraan renang Paralimpik internasional yang diselenggarakan oleh Malaysia.
Atas tindakan tersebut, Komite Paralimpiade Internasional (IPC) menanggalkan hak Malaysia untuk menjadi tuan rumah kejuaraan.
"Israel adalah negara kriminal dan pantas dihukum," tulis Mahathir di blog pribadinya pada Januari, mengutip solidaritas Malaysia dengan rakyat Palestina.
"Sampai dan kecuali jika komunitas internasional berkomitmen menemukan solusi untuk mengakhiri pendudukan tanah milik Palestina, kawasan dan seluruh dunia tidak akan memiliki banyak kesempatan untuk stabilitas dan ketertiban," tegas dia pada Konferensi Tahunan Al Sharq, yang berlangsung pada Mei tahun ini di Kuala Lumpur.