Uni Eropa dukung solusi politik di Suriah yang ditengahi PBB
Uni Eropa menjanjikan total USD3,16 miliar untuk mendukung rakyat Suriah pada 2022 dan 2023
BRUSSELS
Komunitas internasional menuntut solusi politik di Suriah secara komprehensif yang ditengahi oleh PBB, kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell pada Selasa.
Borrell berbicara pada konferensi pers setelah diskusi tingkat tinggi pertama pada Konferensi Brussel ke-6 yang mendukung masa depan Suriah.
“Seluruh komunitas internasional tetap yakin bahwa solusi politik komprehensif yang ditengahi melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah keharusan utama,” kata Borrell.
Sampai kondisi ini terpenuhi, pihaknya mengesampingkan kemungkinan untuk menormalkan hubungan dengan rezim pemimpin Suriah Bashar al-Assad atau kontribusi apa pun untuk rekonstruksi negara.
Dia menekankan bahwa peserta konferensi Brussels terkait Suriah “mengakui aspirasi sah rakyat Suriah untuk keadilan dan menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan mengerikan yang telah dilakukan terhadap mereka.”
Borrell juga meyakinkan bahwa Uni Eropa tidak akan melupakan kebutuhan rakyat Suriah.
Dia mengatakan blok tersebut akan menyalurkan dukungan lebih dari EUR3 miliar (USD3,16 miliar) untuk rakyat Suriah pada 2022 dan 2023.
Sebelumnya pada hari Selasa, Borrell mengumumkan bahwa UE menambahkan bantuan EUR1 miliar (USD1,06 miliar) untuk rakyat Suriah tahun ini, sehingga kontribusi UE menjadi EUR1,56 miliar (USD1,65 miliar).
Uni Eropa telah menjanjikan jumlah yang sama untuk tahun 2023.
Perwakilan dari 55 pemerintah dan 22 organisasi internasional, selain PBB dan Uni Eropa, serta anggota masyarakat sipil, berpartisipasi dalam konferensi donor yang diadakan pada Senin dan Selasa.
Tahun lalu, komunitas internasional menjanjikan bantuan total EUR5,3 juta ((USD5,7 juta) untuk di dalam Suriah dan negara-negara tetangga yang menampung pengungsi Suriah.
Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim menindak protes pro-demokrasi.
Lebih dari 400.000 orang tewas, dan lebih dari 12 juta orang harus meninggalkan rumah mereka menjadi pengungsi di luar negeri atau pengungsi internal selama sepuluh tahun terakhir, menurut Uni Eropa.
Turki adalah negara tuan rumah terbesar bagi pengungsi Suriah dan memberikan perlindungan internasional kepada hampir 4 juta orang yang melarikan diri dari negara tetangganya itu.