Washington DC
Michael Hernandez
WASHINGTON
Konflik antara pemerintah Libya dengan komandan pemberontak Khalifa Haftar akan memiliki efek yang bertahan lama bahkan jika permusuhan dihentikan segera, kata utusan PBB untuk Libya, Selasa.
"Libya berada di ambang perang sipil yang dapat menyebabkan perpecahan permanen negara itu," ujar Ghassan Salame kepada Dewan Keamanan.
Pada awal April, komandan militer pemberontak Khalifa Haftar, yang memimpin pasukan yang setia kepada pemerintah yang berbasis di timur negara itu, melancarkan kampanye besar untuk menangkap Tripoli, tempat Pemerintah Pusat Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB berkantor pusat di Gavi.
Setelah lebih dari sebulan bertempur di pinggiran Tripoli, kampanye Haftar gagal mencapai misi utamanya.
Namun demikian, pasukan Haftar tetap dikerahkan di beberapa daerah di sekitar ibukota.
Libya masih diliputi gejolak sejak 2011, ketika pemberontakan yang didukung NATO menyebabkan penggulingan dan terbunuhnya Presiden Muammar Khaddafi setelah empat dekade berkuasa.
Sejak itu, perpecahan politik Libya menghasilkan dua kursi kekuasaan saingan - satu di Al-Bayda dan satu lagi di Tripoli - bersama dengan sejumlah kelompok milisi bersenjata.
Salame memperingatkan bahwa rekonstruksi kerusakan yang terjadi di Libya akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan hanya akan terjadi jika perang berakhir sekarang.
Dia menambahkan bahwa kelompok-kelompok teror seperti Daesh dan al-Qaeda telah mengambil keuntungan dari kekosongan pengamanan di selatan negara itu, yang memungkinkan pergerakan pasukan Haftar.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.