WHO: Akses bantuan di Sudan dibutuhkan untuk cegah situasi 'bencana' kemanusiaan
Perwakilan WHO: Langkah mendesak dan gencatan senjata diperlukan untuk menahan 'bencana kemanusiaan yang sedang terjadi'
JENEWA
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa mendesak akses segera bantuan kemanusian ke Sudan, dan dia memperingatkan tentang "bencana kemanusiaan yang sedang terjadi".
"Akses sangat penting dan segera dibutuhkan agar kita dapat menghindari situasi kesehatan yang membawa bencana," kata Shible Sahbani, perwakilan WHO untuk Sudan, dalam konferensi pers di kantor PBB di Jenewa.
"Tindakan mendesak dan gencatan senjata diperlukan untuk menahan bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung," kata Sahbani, sambil memperingatkan bahwa tanpa tindakan mendesak, situasi yang memburuk dapat menjadi tidak terkendali dan memungkinkan merajalelanya penyakit, kekurangan gizi, dan trauma yang tidak terkendali dengan dampak lintas generasi pada rakyat Sudan.
Mengungjungi Chad minggu lalu sebagai bagian dari misi tingkat tinggi WHO dari kawasan Mediterania Timur dan Afrika, dia mengatakan, "Kebutuhan yang saya lihat di Chad mencerminkan apa yang saya saksikan di antara orang-orang terlantar di Sudan – hal itu meresahkan, bahkan memilukan."
"Wanita dan anak-anak berbicara tentang kelaparan, penyakit, kekerasan, dan kehilangan," katanya. "Penderitaan mereka terukir di wajah mereka."
Dia mengungkapkan bahwa semua pengungsi yang ditemuinya mengatakan alasan mereka melarikan diri dari Sudan adalah "kelaparan."
Hampir 13 juta orang di Sudan kini mengungsi, dengan lebih dari 10 juta tersebar di dalam Sudan dan lebih dari 2 juta mencari perlindungan di negara-negara tetangga, kata dia.
Negara-negara Darfur, Kordofan, Khartoum, dan Al Gezira semuanya terputus dari bantuan kemanusiaan dan kesehatan karena pertempuran yang tiada henti, ujar Sahbani.
Situasi di Darfur "sangat memprihatinkan" karena di tempat-tempat seperti El Fasher, "lebih dari 800.000 orang terkepung – terputus dari akses ke makanan, perawatan kesehatan, dan pasokan medis – yang terluka tidak bisa mendapatkan perawatan mendesak yang mereka butuhkan; anak-anak dan wanita hamil serta menyusui lemah karena kelaparan akut."
Sahbani juga menyoroti kesenjangan pendanaan yang besar, dengan mengatakan Rencana Respons Kemanusiaan untuk Sudan hanya didanai sebesar 26 persen, dan rencana respons kesehatan didanai sebesar 36 persen.
"Kita perlu tindakan segera untuk menjembatani kekurangan itu”, kata dia.
Konflik di Sudan pecah pada April 2023, ketika Jenderal Angkatan Darat Abdel Fattah al-Burhan dan komandan RSF Mohamed Hamdan Dagalo tidak setuju soal integrasi RSF ke dalam militer.
Konflik tersebut telah menewaskan hampir 16.000 orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang menghancurkan di negara tersebut, menurut angka PBB.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.