Bukan kapitalis atau sosialis, ekonomi Islam adalah jalan ketiga
Sektor perbankan bebas riba berkembang pesat dalam 20 tahun terakhir, kata ketua Asosiasi Bank Partisipasi Turki
Jakarta Raya
Ergin Garip
ANKARA
Ketua Asosiasi Bank Partisipasi Turki mengatakan pada Jumat bahwa ekonomi Islam tidak dapat didefinisikan sebagai kapitalis atau sosialis, tetapi bisa dianggap sebagai "jalan ketiga" tanpa hal negatif dari kedua sistem.
Osman Akyuz mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa pandemi Covid-19 menunjukkan kepada dunia betapa rapuhnya sistem ekonomi berbasis utang seperti yang terjadi pada krisis keuangan global 2008.
Dia mendefinisikan ekonomi Islam sebagai tatanan ekonomi yang kompatibel dengan agama dan tradisi Islam.
Konsep tersebut dapat dinyatakan sebagai sistem nilai yang memandu perilaku ekonomi individu dalam masyarakat, ujar Akyuz.
Akyuz mengatakan manusia tidak sepenuhnya bebas dalam Islam.
"Manusia harus mematuhi batasan yang ditentukan oleh Allah dalam kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi," kata dia, seraya menambahkan bahwa Islam melarang bunga dan menghasilkan uang tanpa mengambil risiko, perjudian, dan penipuan dalam perdagangan.
Sektor perbankan bebas bunga berkembang pesat dalam 20 tahun
Akyuz mengatakan bank partisipasi didirikan untuk mendapatkan dana yang tidak disimpan pada bank konvensional karena persoalan bunga dan membantu para nasabah menyimpan dengan aman.
Dia mengatakan "partisipasi" dalam nama bank menunjukkan jenis perbankan berdasarkan prinsip partisipasi dalam laba rugi.
"Sektor perbankan bebas bunga telah berkembang pesat di dunia dalam 20 tahun terakhir," kata dia.
Sistem ini menurut dia menarik perhatian tidak hanya negara-negara Islam tetapi juga bank multinasional asal Barat seperti Citibank dan HSBC.
Bank kemudian menciptakan departemen atau dana khusus untuk investor yang ingin menyimpan dana mereka dalam sistem bebas bunga, kata dia.
"Secara global, aset keuangan bebas bunga mencapai ukuran lebih dari USD2,5 triliun pada akhir 2018 merupakan indikator penting pengembangan pasar," kata dia.
Sektor ini kata dia memiliki peluang pengembangan yang besar mengingat saat ini baru 2 persen dari aset keuangan di dunia.
Bank partisipasi di Turki
Dia mengatakan enam bank partisipasi di Turki mewakili 6,6 persen sektor perbankan di negara itu.
"Kuartal pertama 2020 kita melihat bank-bank yang berpartisipasi sudah bisa meningkatkan aset mereka sebesar 21,8 persen sejak Desember 2019 dan mencapai 346,5 miliar lira (USD50 miliar)," kata dia.
Laba bersih sektor ini pada 2019 meningkat 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Awal tahun ini, lembaga pemeringkat kredit Moody mengumumkan bahwa aset perbankan syariah Turki akan berlipat ganda dalam satu dekade, karena inisiatif pemerintah mendorong pertumbuhan sektor ini.
Turki telah memposisikan dirinya menjadi pusat partisipasi perbankan dan keuangan Islam.
*Aysu Bicer menulis dan berkontribusi dalam tulisan ini dari Ankara
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.