Indonesia jadikan otomotif jadi industri manufaktur andalan ekspor
Pada 2018 lalu, Indonesia berhasil memproduksi 1,34 juta unit mobil dengan nilai sekitar USD13,7 miliar
Jakarta Raya
Muhammad Latief
JAKARTA
Indonesia akan menjadikan industri otomotif sebagai sektor manufaktur andalan ekspor, dengan membidiki jumlah ekspor mobil tahun ini tembus 400 unit atau naik 15,6 persen dibanding tahun lalu yang sudah mencapai 346 unit.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan peluang pasar terbuka lebar setelah Indonesia mendapatkan pasar baru dengan menjalin perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif dengan Australia.
Pasar ASEAN juga masih menjanjikan, ekspor terbesar di antara ke Filipina dan Vietnam, bahkan Thailand salah satu basis produksi otomotif terbesar di Asia Tenggara juga membuka pasar untuk produk Indonesia.
“Industri otomotif merupakan salah satu sektor manufaktur yang sudah memiliki struktur mendalam di Indonesia, mulai dari hulu sampai hilir,” ujar Menteri Airlangga di Jakarta saat membuka pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2019, Kamis.
“Indonesia sudah mempunyai industri bahan baku seperti baja, plastik, kaca, ban, hingga mesin. Konten lokal rata-rata sudah di atas 80 persen,” tambah dia.
Pada 2018 lalu, Indonesia berhasil memproduksi 1,34 juta unit mobil dengan nilai sekitar USD13,7 miliar.
Hingga kini ada empat perusahaan otomotif besar yang menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok global.
Dalam waktu dekat, ada beberapa principal otomotif yang segera bergabung dan menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur otomotif di wilayah Asia, ujar dia.
Indonesia menurut Menteri Airlangga sudah mempunyai road map pengembangan industri otomotif yang menargetkan pada 2030 sudah menjadi basis produksi kendaraan bermotor Internal Combustion Engine (ICE) maupun electrified vehicle untuk pasar domestik maupun ekspor.
Pemerintah juga menargetkan sebanyak 20 persen dari total produksi kendaraan baru di Indonesia sudah berteknologi tenaga listrik pada 2025 untuk komitmen menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2) hingga 29 persen pada 2030, sekaligus menjaga kemandirian energi nasional, ujar Menteri Airlangga.
Insentif pemerintah
Pemerintah menurut Menteri Airlangga juga menyiapkan insentif fiskal berupa tax holiday atau mini tax holiday untuk mendukung pengembangan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) meliputi Kendaraan Hemat Energi Harga Terjangkau (LCGC), Electrified Vehicle dan Flexy Engine.
Insentif diberikan pada industri komponen utama, seperti industri baterai dan industri motor listrik (magnet dan kumparan motor).
Insentif ini diyakini dapat meningkatkan investasi masuk ke Indonesia, ujar Menteri Airlangga.
Kementerian Perindustrian juga telah mengusulkan insentif super deductible tax hingga 300 persen untuk industri yang melakukan aktivitas litbang dan desain.
Sedangkan untuk industri yang terlibat dalam kegiatan vokasi diusulkan untuk menerima super deductible tax hingga 200 persen.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.