Jakarta Raya
Nicky Aulia Widadio
JAKARTA
PT Pertamina menyatakan dampak tumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat saat ini tinggal 10 persen.
Tumpahan minyak itu berasal dari sumur lepas pantai blok Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina Hulu Energi sejak 12 Juli 2019.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pada masa-masa awal kebocoran, tumpahan minyak diperkirakan sebanyak 3 ribu barel per hari.
Sementara saat ini jumlahnya diperkirakan tinggal 300 barel minyak saja yang masih mengapung di lautan.
“Tumpahan minyak tinggal 10 persen secara volume, kami upayakan agar tidak memberi dampak buruk terhadap masyarakat,” kata Nicke, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Pertamina masih mengatasi tumpahan minyak tersebut, salah satunya dengan memasang static oil boom untuk menghadang tumpahan minyak dari sumber utama.
Selain itu, Pertamina juga mengerahkan dynamic oil boom untuk menghadang tumpahan minyak yang masih lolos dari lapisan pertama.
Sebanyak 39 kapal juga bersiaga menampung sementara tumpahan minyak tersebut.
Pertamina juga melibatkan perusahaan asal Amerika Serikat, Boot & Coots untuk mematikan sumur YYA-1. Perusahaan itu diklaim telah memiliki pengalaman mengatasi hal serupa di Meksiko.
Nicke mengatakan pihaknya secara jangka panjang akan bertanggungjawab memulihkan dampak-dampak lingkungan akibat tumpahan minyak.
Ada 11 wilayah yang terdampak tumpahan minyak di Karawang dan Bekasi yakni Tanjung Pakis, Segar Jaya, Tambak Sari, Tambak Sumur, Sedari, Cemara Jaya, Sungai Buntu, Pusaka Jaya Utara, Mekar Pohaci, Pantai Bahagia dan Pantai Bakti.
“Mengenai ganti rugi dan sebagainya sudah mulai kita lakukan, jadi ini semua kita tangani termasuk kesehatan,” kata Nicke.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.