Rupiah dan IHSG kompak melemah pada perdagangan sore ini
Rupiah ditutup melemah 34 poin ke level Rp14.779 per dolar AS sementara IHSG pada sore hari ini juga turun 94,69 poin atau 1,81 persen ke level 5.149,376

Jakarta Raya
JAKARTA
Dalam perdagangan sore ini rupiah ditutup melemah 34 poin ke level Rp14.779 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp14.745.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dalam perdagangan besok rupiah masih akan berfluktuatif dan diperkirakan ditutup melemah antara 20-60 poin di level Rp14.750-14.850 per dolar AS.
Di samping itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sore hari ini juga turun 94,69 poin atau 1,81 persen ke level 5.149,376 pada akhir perdagangan.
Pada hari ini terjadi transaksi total Rp7,42 triliun dengan sebanyak 83 saham menguat, 377 terkoreksi, dan 130 stagnan.
Ibrahim menjelaskan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pergerakan rupiah dan IHSG di antaranya komentar kepala ekonom Bank Sentral Eropa (ECB) Philip Lane bahwa nilai tukar penting bagi kebijakan moneter.
“Dengan pemikiran ini, investor ingin memantau dengan cermat setiap komentar tentang euro mengingat euro masih meningkat 10 persen jelang pertemuan ECB pada Kamis mendatang,” jelas Ibrahim dalam keterangan resmi, Rabu.
Selain itu, Ibrahim mengatakan pasar menunggu cetak biru Inggris yang menguraikan persyaratan kehidupan pasca-Brexit yang diharapkan.
Namun, kekhawatiran atas perceraian yang bersahabat antara keduanya telah meningkat karena cetak biru melibatkan undang-undang penerbitan yang disebut melanggar hukum internasional dan berpotensi memperburuk pembicaraan dan meningkatkan kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan.
“Ini sepertinya tidak akan diterima dengan baik di kalangan Eropa, meningkatkan kemungkinan berakhirnya masa transisi pasca-Brexit yang berantakan di akhir tahun,” kata dia.
Sementara dari sisi internal, Ibrahim menjelaskan Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) mengalami kontraksi 12,3 persen pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama delapan bulan beruntun,” jelas dia.
Bahkan pada Agustus 2020, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan kontraksi IPR 10,1 persen secara tahunan.
Dengan begitu, rantai kontraksi penjualan ritel kian panjang menjadi sembilan bulan berturut-turut.
“Kabar baiknya, kontraksi penjualan ritel terus melandai sejak menyentuh level terendah pada Mei 2020, laju penurunan IPR berangsur menipis,” kata Ibrahim.
Berdasarkan laporan BI disebutkan perbaikan penjualan diperkirakan terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas yang disurvei, dengan penjualan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kontraksi paling rendah, dengan pertumbuhan sebesar minus 1,9 persen secara tahunan.
“Daya beli masyarakat boleh membaik, tetapi sepertinya masih lemah yang tercermin dari laju inflasi inti yang semakin menukik dan secara tahunan hanya 2,03 persen,” ujar dia.
Di samping itu, Ibrahim menilai penyebaran pandemi virus korona di Indonesia terus mengkhawatirkan terutama di DKI Jakarta sebagaimana disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Pemerintah harus bisa mengimbangi dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki, jumlah kasus yang tidak terkendali akan berdampak pada penanganan dan fasilitas kesehatan milik pemerintah,” lanjut dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.