Nasional

Obat ARV langka, puluhan ribu ODHA ketakutan

ARV merupakan satu-satunya obat yang dapat memperpanjang harapan hidup kami, ujar Ikatan Perempuan Positif Indonesia

Hayati Nupus  | 10.01.2019 - Update : 10.01.2019
Obat ARV langka, puluhan ribu ODHA ketakutan Ilustrasi. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

JAKARTA

Organisasi perempuan mengungkapkan banyak orang dengan HIV AIDS (ODHA) yang ketakutan dengan terbatasnya obat Antiretroviral (ARV) jenis Tenofovir, Lamivudin dan Efavirenz (TLE).

“ARV merupakan satu-satunya obat yang dapat memperpanjang harapan hidup kami,” ujar Koordinator Nasional organisasi perempuan ODHA Ikatan Perempuan Positif Indonesia Baby Rivona.

Sejak tender dan lelang terbatas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan dua perusahaan BUMN PT Kimia Farma dan PT Indofarma Global Medika gagal, menurut Baby, stok obat ARV jenis TLE hanya tersedia hingga April 2019 saja.

Catatan Kementerian Kesehatan RI, hingga Agustus 2018 terdapat 43.586 atau 41 persen ODHA yang mengkonsumsi obat ARV jenis TLE.

Di 13 dari 28 provinsi wilayah kerja Ikatan Perempuan Positif Indonesia, ungkap Baby, bahkan kekosongan obat itu sudah terjadi sejak enam bulan lalu.

Jika ODHA tak mengonsumsi obat ini, kata Baby, ancamannya adalah virus akan lebih resisten dan mereka harus mengonsumsi obat yang lebih mahal.

Ancaman jangka panjangnya, lanjut Baby, adalah kematian.

Baby mengungkapkan jika organisasinya banyak berupaya mengeliminasi agar tidak terjadi inveksi HIV dan AIDS baru.

Upaya itu dilakukan dengan memberikan obat ARV pada ibu hamil terinfeksi agar virus itu tak menular ke bayi yang dikandungnya.

“Kami memantau hingga anaknya lahir,” kata Baby.

Hingga kini, Ikatan Perempuan Positif Indonesia telah mendampingi 136 perempuan hamil dan berhasil menghindari bayi terlahir positif HIV/AIDS.

“Jika obat langka begini, bagaimana ibu hamil itu bisa menghindari anaknya tidak tertular,” kata Baby.

ARV Community Support Ria Pangayow mengungkapkan di 23 wilayah dampingannya, kekosongan obat itu sudah terjadi sejak Agustus 2018 lalu.

Padahal umumnya Puskesmas menerima sekitar lima orang pasien HIV/AIDS baru setiap harinya.

“Pemerintah harus menjamin agar persoalan kelangkaan ini bisa segera diselesaikan,” kata Ria.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın