Nasional

Pakar hidrologi: Jakarta bisa tenggelam di 2030

Supaya tak terjadi, pemerintah harus serius membangun tanggul lepas pantai

Hayati Nupus  | 29.12.2017 - Update : 30.12.2017
Pakar hidrologi: Jakarta bisa tenggelam di 2030 Pembangunan tembok laut yang belum selesai di Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara pada 26 Oktober 2017. Pemerintah melalui Proyek Pembangunan Terpadu Nasional merencanakan membangun tembok setinggi 2 meter sepanjang 32 km di tepi pantai Jakarta hingga Tangerang, untuk mengantisipasi tenggelamnya Jakarta. (Anton Raharjo - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

JAKARTA

Pakar hidrologi Universitas Indonesia Firdaus Ali mengatakan Jakarta berpotensi tenggelam pada 2030 nanti.

Penyebabnya, kata Firdaus, ada dua. Pertama, pemanasan global yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan gempa. Kedua, pengambilan air tanah berlebihan serta massifnya pembangunan gedung bertingkat yang menurunkan batas permukaan tanah Jakarta.

“Kalau tak dibuatkan tanggul laut, Jakarta akan tenggelam,” ujar Firdaus kepada Anadolu Agency, Jumat.

Firdaus mengatakan permukaan tanah Jakarta menurun rata-rata 5-12 cm per tahun. Di wilayah tertentu bahkan sampai 32 cm.

Saat ini, kata Firdaus, hampir 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan air laut. Sebagian besar berada di Jakarta Utara.

Kondisi itu yang mengakibatkan Jakarta terendam banjir di musim penghujan dan perlu waktu untuk surut, tambah dia.

Jakarta menghadapi air hujan yang turun di wilayahnya sendiri sekaligus aliran air dari Bogor yang permukaan tanahnya lebih tinggi.

Solusinya, kata Firdaus, pemerintah harus mengelilingi Jakarta dengan tanggul lepas pantai. Namun tanggul itu harus didesain dengan benar.

“Tanggul itu benteng untuk menghadapi naiknya permukaan air laut, bisa mencegah Jakarta tenggelam,” tutur Firdaus.

Pemerintah, kata Firdaus, sebetulnya sudah memulai pembangunan tanggul di Muara Baru. Namun tanggul itu jebol di sisi timur Pelabuhan Muara Baru dan air rob luber hingga menggenangi kampung.

Deputi III Kementerian Maritim Ridwan mengatakan penurunan permukaan tanah Jakarta terjadi akibat kombinasi antara proses pemadatan batuan alami dan penyedotan air tanah.

“Makanya tanggul dibangun, untuk mengurangi dampak genangan,” kata Ridwan.

Pembangunan tanggul sepanjang 4,5 kilometer ini dibagi menjadi dua wilayah di Jakarta utara. Yaitu 2,3 kilometer di Muara Baru, dan 2,2 kilometer di Kalibaru.

Tahap pertama pembangunan tanggul sepanjang 2,6 kilometer telah rampung, dengan 1,3 kilometer di Muara Baru dan sisanya di Kalibaru.

Selain itu, ujar Ridwan, strategi lainnya adalah pengendalian penyedotan air tanah.

“Khususnya dilakukan oleh industri,” kata Ridwan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın