
Jakarta Raya
Hayati Nupus
JAKARTA
Survei politik menyimpulkan bahwa 3,4 persen masyarakat tak berniat memilih Prabowo Subianto dalam pilpres 2019 karena karakternya yang keras.
Selain karakter keras, Direktur Eksekutif Media Survei Nasional Rico Marbun mengatakan 2,1 persen masyarakat tak memilih Prabowo karena karena dia ambisius dan 1,7 persen karena kinerjanya belum terbukti.
“Alasan lainnya karena dia dianggap pelaku pelanggar HAM, arogan dan kurang merakyat,” ungkap Rico, Selasa, di Jakarta.
Oleh karena itu, Rico memetakan bahwa Prabowo perlu memperhalus gaya politiknya dengan penggunaan bahasa simbolis agar elektabilitasnya terdongkrak dalam pilpres 2019.
Kemampuan menggunakan bahasa simbol itu, menurut Rico, dimiliki oleh calon petahana Joko Widodo.
“Karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang senang dengan bahasa simbol,” ujar Rico.
Jika Prabowo tak menggunakan bahasa simbolis, lanjut Rico, strategi itu bisa diambil alih oleh Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden yang memiliki latar belakang pengusaha.
Sandiaga, ujar Rico, perlu memperkuat karakternya sebagai pengusaha yang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan persoalan ekonomi.
Suvei yang dilakukan oleh Media Survei Nasional terhadap 1200 responden di seluruh Indonesia menyimpulkan bahwa pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin memiliki elektabilitas 47,7 persen dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 35,5 persen.
Dengan selisih 12,2 persen itu, lanjut Rico, Prabowo dapat mengungguli Jokowi jika sanggup meyakinkan publik bahwa dia mampu menyelesaikan persoalan ekonomi lebih baik ketimbang petahana.
“Sayangnya persepsi atas kompetensi itu sampai sekarang belum mampu dikomunikasikan oleh kubu prabowo kepada publik, sebagai challenger mereka belum menawarkan sesuatu yang lebih baik dari petahana,” kata Rico.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.