Sejumlah dokter Amerika desak otoritas AS agar segera berlakukan embargo senjata terhadap Israel
‘Demi kebaikan Palestina, demi kebaikan Amerika Serikat, demi kebaikan Israel, demi kebaikan Yudaisme, dan tentu saja, demi kebaikan hukum internasional dan seluruh umat manusia, tolong hentikan mempersenjatai Israel,’ kata dokter Yahudi-Amerika
WASHINGTON
Sejumlah dokter asal Amerika Serikat (AS) yang kembali dari Jalur Gaza mendesak pemerintahan Joe Biden untuk segera memberlakukan embargo senjata terhadap Israel.
Para dokter itu pada Selasa mengatakan bahwa tanpa embargo tersebut, AS tetap terlibat dalam pertumpahan darah yang telah menghancurkan daerah kantong Palestina tersebut.
Berbicara di sela-sela Konvensi Nasional Demokrat di Chicago, Dr. Tammy Abughanim mengatakan bahwa perang Israel selama lebih dari 10 bulan "telah membuat kehidupan warga sipil di Gaza saat ini benar-benar mustahil dilanjutkan."
"Saat saya katakan kita tidak sanggup lagi menahan situasi seperti ini sehari pun, dan saat mereka mengatakan kita tidak sanggup lagi menahan situasi seperti ini sehari pun, itu benar adanya," kata Abughanim saat mengingat kembali percakapannya dengan warga Gaza.
"Ketika kami sebagai dokter mendesak pemerintahan Biden untuk melakukan embargo senjata, yang kami katakan adalah kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami saat bom berjatuhan. Kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami saat penembak jitu Israel menargetkan anak-anak dan warga sipil, saat quadcopter Israel menyerang sekelompok warga sipil.”
“Kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami, karena Israel telah membuat pekerjaan kami menjadi mustahil, dan Israel telah membuat pekerjaan kami menjadi mustahil dengan dukungan langsung dari AS," tambah spesialis dokter unit darurat di wilayah Chicago itu.
Sentimen serupa berulang kali digaungkan oleh rekan-rekan dokter Abughanim, yang menggambarkan kengerian yang mereka akui tingkatnya tidak dapat disampaikan sepenuhnya.
"Saya berada di Gaza dari 25 Maret hingga 8 April dan menyaksikan langsung kekerasan genosida. Saya melihat kepala anak-anak hancur berkeping-keping oleh peluru yang kami bayar -- tidak hanya sekali, tidak dua kali, tetapi secara harfiah, setiap hari.”
“Saya melihat kehancuran yang parah dan sistematis di seluruh kota Khan Younis. Jika ada satu ruangan di kota itu yang masih berdinding empat sisi," kata Dr. Feroze Sidhwa.
"Saya melihat ibu-ibu mencampur susu formula yang sedikit yang dapat mereka temukan dengan air beracun untuk memberi makan bayi mereka yang baru lahir, karena mereka sendiri sangat kekurangan gizi sehingga tidak dapat menyusui. Saya melihat anak-anak yang menangis, bukan karena kesakitan, tetapi karena mereka berharap mereka mati bersama keluarga mereka daripada dibebani dengan kenangan akan saudara-saudara mereka dan orang tua mereka yang hangus dan terluka parah hingga tidak dapat dikenali lagi. Dan semuanya, tentu saja, dengan senjata Amerika," tambah Sidhwa.
Dia menekankan bahwa penerapan embargo senjata terhadap Israel "bukanlah ide yang radikal" dan membacakan keras surat yang disampaikan oleh Mark Perlmutter, seorang dokter Yahudi-Amerika yang menemaninya dalam perjalanan baru-baru ini ke Gaza tetapi tidak dapat menghadiri konferensi pers pada Selasa.
"Saya belum pernah melihat anak kecil tertembak di kepala lalu di dada, dan saya tidak pernah membayangkan akan melihat dua kasus seperti itu dalam waktu kurang dari dua minggu. Saya belum pernah melihat belasan anak kecil menjerit kesakitan dan ketakutan, berdesakan di tempat perawatan trauma yang lebih kecil dari ruang tamu saya, daging mereka yang terbakar memenuhi tempat itu dengan sangat agresif hingga mata saya mulai perih. Saya tidak pernah membayangkan seperti apa rumah sakit ketika menjadi tempat pengungsian," ujar dia.
"Yang terburuk dari semuanya, saya tidak pernah membayangkan bahwa pemerintah saya akan memasok senjata dan dana yang membuat pembantaian mengerikan ini terus berlangsung -- bukan hanya selama seminggu, bukan hanya selama sebulan, tetapi selama hampir setahun penuh sekarang," tambah dia.
"Demi kebaikan Palestina, demi kebaikan Amerika Serikat, demi kebaikan Israel, demi kebaikan Yudaisme, dan tentu saja, demi kebaikan hukum internasional dan seluruh umat manusia, mohon hentikan mempersenjatai Israel."
Perang Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, termasuk puluhan ribu wanita dan anak-anak, dan membuat 2 juta lainnya mengungsi, menyebabkan mereka rentan terhadap kelaparan dan penyakit di tengah kekurangan kebutuhan sehari-hari dan pasokan medis.
Beberapa dokter yang berbicara dalam konferensi pers pada Selasa kemarin menyatakan bahwa pembatasan yang diberlakukan Israel telah mencegah mereka dan rekan-rekan mereka memperoleh obat-obatan yang sangat dibutuhkan, termasuk obat penghilang rasa sakit untuk meringankan penderitaan yang terluka.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.