Nasional

21 Spesies burung baru ditemukan di Indonesia

Indonesia kini memiliki 1.794 spesies burung sekaligus menjadi negara keempat dengan jumlah spesies burung terbanyak di dunia

Nicky Aulia Widadio  | 18.02.2020 - Update : 21.02.2020
21 Spesies burung baru ditemukan di Indonesia Greater green leafbird. (Alan Owyong/Burung Indonesia - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Organisasi konservasi alam Burung Indonesia mengatakan ada 21 spesies burung baru yang tercatat di Indonesia pada tahun ini.

Dengan demikian, Indonesia kini memiliki 1.794 spesies burung sekaligus menjadi negara keempat dengan jumlah spesies burung terbanyak di dunia.

Research & Communication Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid mengatakan penambahan daftar spesies ini berdasar pada studi literatur dari sejumlah penelitian yang dihimpun oleh organisasinya.

Tujuh spesies di antaranya belum pernah didokumentasikan, sedangkan 14 spesies lainnya merupakan sub-spesies yang kini dikategorikan sebagai spesies sendiri.

Spesies baru itu antara lain kipasan peleng dan cikrak peleng yang berasal dari Pulau Peleng, Sulawesi Tengah.

Kemudian ceret taliabu, myzomela taliabu, dan cikrak taliabu ditemukan di Pulau Taliabu, Maluku Utara.

Selain itu, myzomela alor dan cabai kacamata atau spectacled flowerpecker. Para peneliti menamai cabai kacamata sebagai dicaeum dayakorum untuk menghormati suku Dayak -suku asli Kalimantan dimana spesies tersebut ditemukan-.

“Enam dari tujuh spesies yang belum pernah didokumentasikan itu adalah jenis endemik Indonesia, kalau cabai kacamata kita berbagi jenis dengan Malaysia karena ditemukan di Kalimantan,” kata Ridha kepada Anadolu Agency, Selasa.

Menurut dia, penemuan ini berdampak sangat penting untuk konservasi dan melindungi spesies tersebut dari ancaman kepunahan, terutama untuk jenis burung endemik Indonesia.

Perlu upaya lebih lanjut untuk menentukan kondisi populasi burung-burung ini serta status kepunahannya.

“Misalnya spesies cikrak taliabu dan cikrang peleng itu distribusinya sangat terbatas dan cuma ada di pulau itu,” tutur Ridha.

“Ketika ada gangguan signifikan pada habitat mereka, maka spesies itu bisa menghilang bahkan secara global karena statusnya yang endemik,” lanjut dia.

Ridha mengatakan sejauh ini habitat tempat ditemukannya spesies burung baru tersebut bukan kawasan konservasi sehingga perlu upaya lebih lanjut dan sosialisai kepada masyarakat sekitar agar kelestariannya terjaga.

Apalagi, spesies burung sering menjadi target perburuan liar yang langsung diambil dari habitat aslinya.

Spesies yang terancam punah

Badan Konservasi Dunia (IUCN) telah memperbarui daftar spesies terancam punah pada akhir 2019 lalu.

Berdasarkan pembaruan tersebut, delapan spesies burung di Indonesia mengalami peningkatan risiko kepunahan. Hanya satu spesies yang mengalami penurunan risiko kepunahan.

Menurut Ridha, spesies burung yang mengalami peningkatan risiko kepunahan merupakan jenis burung berkicau.

Delapan spesies burung yang mengalami peningkatan status keterancaman yakni kerak kerbau (Acridotheres cinereus), empuloh janggut (Alophoixus bres), cica-daun jawa (Chloropsis cochinchinensis), cica-daun dahi-emas (Chloropsis media), cica-daun besar (Chloropsis sonnerati), nuri telinga-biru (Eos semilarvata), gosong tanimbar (Megapodius tenimberensis), dan kacamata jawa (Zosterops flavus).

“Kehilangan habitat masih jadi faktor utama yang menyebabkan burung-burung ini menghilang di alam,” kata Ridha.

“Ada juga ancaman perburuan ilegal dengan burung-burung ini,” lanjut dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.