172 tahun dinyatakan punah, ular buta muncul kembali di Singapura
Penemuan ini mengubah status keberadaannya yang sebelumnya “tidak jelas” menjadi “masih ada”
Jakarta Raya
JAKARTA
Seekor ular dengan nama ilmiah Ramphotyphlops lineatus yang punah selama lebih dari 172 tahun muncul kembali di Cagar Alam Bukit Timah, Singapura.
Dr John van Wyhe, dosen senior National University of Singapore menemukan tubuh ular-ular buta itu berjejer dalam kondisi tewas di jalur sepeda di cagar alam pada 16 September lalu.
Penemuan ular bergaris sepanjang 50 cm ini mengubah status keberadaan yang sebelumnya “tidak jelas” atau membutuhkan verifikasi menjadi “masih ada”.
“Saya tidak menyangka dapat menemukannya di Singapura, ini spesias yang tidak biasa, bahkan di Malaysia sekalipun,” ujar Law Ing Sind yang membantu penelitian itu, seperti dikutip Strait Times.
Meski begitu, lanjut Law Ing Sind, peneliti masih belum dapat memperkirakan jumlah populasi itu dan bagaimana sebarannya di Singapura.
Co-founder Herpetological Society of Singapore, kelompok penyuka reptil dan amfibi yang baru berusia 23 tahun itu mengatakan ciri-ciri dan kebiasaan ular buta yang berjejer bisa menjelaskan kesulitannya.
“[Ular] cenderung menggali tanah tropis yang lembut untuk mencari mangsa invertebrata, dan menghabiskan seluruh hidupnya di bawah tanah,” jelas dia.
Survei Taman Nasional Singapura di Bukit Timah gagal menemukan jejak ular buta yang sebelumnya tercatat tampak terakhir kali pada 1847.
Singapore Biodiversity Records juga mendokumentasikan penemuan ular itu.
Ini merupakan temuan yang lebih panjang karena sebelumnya tercatat hanya 48 cm.
“Setelah absen 172 tahun, ini merupakan temuan unggulan dan signifikan di Singapura,” ujar Singapore Biodiversity Records.
Bangkai reptile itu kemudian dipindahkan ke Museum Sejarah Alam Lee Kong Chian dengan izin taman nasional.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.