Regional

Industri minyak sawit Malaysia klaim tidak pernah sebabkan deforestasi

Sawit ditanam di lahan gambut yang kosong sehingga membantah tudingan tersebut

Muhammad Nazarudin Latief  | 05.04.2019 - Update : 06.04.2019
Industri minyak sawit Malaysia klaim tidak pernah sebabkan deforestasi Ilustrasi. Bendera Malaysia. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Industri kelapa sawit di Malaysia tidak pernah menyebabkan deforestasi karena menerapkan skema insentif penanaman kembali yang diperkenalkan oleh Otoritas Pengembangan Petani Kecil Industri Karet (Risda) sejak 1952.

Ketua Risda Rosely Kusip seperti dilansir oleh New Straits Times, Kamis, menyatakan program penanaman kembali tidak mempengaruhi keanekaragaman hayati.

“Petani kecil diharuskan menebang pohon karet 15 hingga 20 tahun dan menggantinya dengan pohon kelapa sawit. Dengan demikian, kegiatan perkebunan ini tidak mempengaruhi keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan," katanya dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Rosely menanggapi tudingan Uni Eropa (UE) bahwa minyak sawit bukan "bahan bakar hijau" dan tidak boleh dipromosikan karena menyebabkan deforestasi.

Menurut dia, hampir 45 persen dari luas lahan di Malaysia terdiri dari tanah gambut. Lahan gambut dan lahan kosong inilah yang digunakan untuk penanaman sawit, sehingga membantah klaim penggunaan minyak sawit menyebabkan deforestasi.

Rosely menegaskan kembali bahwa kebijakan Uni Eropa atas sawit akan berdampak besar pada ekonomi dan kesejahteraan petani kecil.

“Industri kelapa sawit adalah sumber pendapatan utama bagi petani kecil dan mereka berhak untuk menanam pohon kelapa sawit dan tanaman lain yang sesuai dengan subsidi yang diberikan oleh Risda.

"Jika petani kecil ini kehilangan sumber pendapatan utama mereka karena larangan UE, itu tidak hanya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga akan membawa efek negatif bagi keluarga mereka," tambahnya.

Risda, sebuah lembaga yang memprioritaskan kesejahteraan petani kecil, telah membantu 154.090 petani kecil yang bekerja di perkebunan kelapa sawit dengan total luas lahan 482.024 hektar secara nasional.

Sebelumnya dilaporkan bahwa negara-negara UE mengusulkan untuk sepenuhnya melarang biofuel minyak sawit pada 2030.

Larangan ini telah menyebabkan kekhawatiran para petani kelapa sawit Malaysia karena UE adalah pelanggan minyak sawit terbesar ketiga di Malaysia.

Awal tahun ini, Menteri Industri Primer Teresa Kok mengatakan larangan itu tidak adil dan tidak pantas.

Pada bulan Maret, Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan Malaysia dapat berhenti mengimpor beberapa produk Eropa sebagai pembalasan terhadap larangan UE atas minyak sawit dari Malaysia.

Mahathir mengatakan langkah untuk melarang impor dari negara-negara UE adalah opsi yang dapat diadopsi oleh Malaysia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın