Regional

Perburuan liar harimau Malaya meningkat

Tingginya permintaan pasar akan penjualan tubuh harimau memicu para pemburu dari Vietnam, Thailand dan Kamboja datang ke Malaysia untuk menangkap hewan tersebut, ujar WWF

Hayati Nupus  | 31.07.2019 - Update : 31.07.2019
Perburuan liar harimau Malaya meningkat IlustrasI; Petugas memeriksa kondisi harimau Sumatera bernama Atan Bintang sebelum dilepaskan ke habitat aslinya di Sumatera Barat, pada 29 Juli 2019. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

JAKARTA 

World Wildlife Fund (WWF) Malaysia mengungkapkan perburuan liar harimau Malaya (Panthera tigris tigris) kian marak di negara tersebut, bahkan di situs prioritas harimau di cagar alam Belum-Temenggor.

Pegiat WWF Malaysia Mark Rayan Darmaraj mengatakan tingginya permintaan pasar akan penjualan bagian tubuh harimau memicu para pemburu dari berbagai negara seperti Vietnam, Thailand dan Kamboja datang ke Malaysia untuk menangkap hewan tersebut.

Mereka, lanjut Mark, memasang ribuan perangkap seperti jerat kawat di dalam hutan untuk menjebak harimau dan hewan liar lainnya.

“Akibatnya populasi harimau di Malaysia menurun drastis, kami mencatat saat ini jumlahnya tak sampai 200 ekor,” ujar Mark, seperti dikutip Bernama.

Mark menuturkan penurunan populasi juga terjadi akibat perburuan satwa liar lain yang menjadi sumber makanan harimau.

“Bergantung pada seberapa besar mangsanya, misalnya kijang hanya berfungsi sebagai camilan untuk harimau, sehingga perlu berburu lebih sering dan membutuhkan lebih banyak energi. Sedang rusa akan menjadi makanan sempurna untuk harimau agar bisa bertahan hingga 10 hari sebelum berburu lagi,” urai Mark.

Mark menjelaskan harimau adalah hewan teritorial, mereka akan berkeliaran mencari makanan atau pasangan.

Tanpa makanan, lanjut Mark, mereka tak memiliki energi cukup untuk bertahan hidup atau berkembang biak, sehingga populasinya kian menurun.

Bersama masyarakat adat di Belum Temenggor, WWF Malaysia membentuk tim patroli harian.

Patroli itu bertugas untuk menyita jerat yang ditinggalkan pemburu liar dan melaporkan kemungkinan terjadinya perburuan.

Sejak 2014, tim patroli WWF telah menyita 1.400 jerat dan melepaskan 269 ekor satwa yang terperangkap.

Meski begitu Mark mengeluhkan minimnya jumlah tim patroli sementara daerah yang harus diamankan begitu luas, terpencil dan sulit dijangkau.

“Kami membutuhkan pasukan khusus yang dilengkapi keterampilan bertahan hidup untuk berpatroli di tengah hutan,” ujar Mark.

Beberapa waktu lalu polisi Malaysia mengerahkan dua batalion Pasukan Operasi Umum (GOF) dari Senoi Praaw untuk berpatroli di kawasan hutan yang teridentifikasi didatangi pemburu liar.

“Dengan bantuan tambahan dari polisi, kita akan membuat dampak lebih signifikan untuk menyelamatkan harimau tercinta,” ujar dia.

Isu harimau di Malaysia muncul ke permukaan, setelah seekor harimau Melayu ditemukan berkeliaran di Kampung Besul, Bukti Besi, Dungun, Terengganu, beberapa waktu lalu.

Namun harimau yang ditemukan polisi itu kemudian tewas karena terinveksi virus anjing.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın