Irlandia selalu ingat bantuan Sultan Abdulmejid yang mengubah nasib ribuan orang
Irlandia tidak pernah lupa Sultan Utsmaniyah Abdulmejid I mengirim uang, banyak makanan saat mereka dilanda “Great Famine”
Jakarta Raya
Ahmet Gurhan Kartal
DROGHEDA, Irlandia
Kentang memiliki tempat khusus dalam budaya masyarakat Irlandia, sebagai makanan pokok selama berabad-abad.
Negara ini pernah mengalami bencana kelaparan selama tujuh tahun pada abad ke-19 yang menewaskan lebih dari satu juta orang, dikenal sebagai “Great Famine” atau “Potato Famine” karena kelangkaan kentang.
Kelaparan di Irlandia, yang terjadi saat negara itu berada di bawah kekuasaan Inggris, dipicu oleh penyakit pada tanaman kentang atau penyakit busuk daun.
Penyakit itu membuat ladang-padag kentang gagal panen sehingga memicu krisis pangan yang parah.
Bencana terbesar yang pernah diderita bangsa Irlandia atau disebut sebagai "Gorta Mor" dalam bahasa Gaelic ini, memaksa lebih dari satu juta warga bermigrasi ke Amerika Serikat.
Namun tak semua bisa pindah ke sana, penduduk miskin yang tak punya cukup biaya akhirnya meninggal kelaparan, terkena penyakit atau kekurangan gizi.
Filantropis asal Inggris James Hack Tuke menggambarkan penduduk di kawasan terdampak paling buruk bencana tersebut seperti: "hidup, atau lebih tepatnya kelaparan, memakan pucuk lobak, sand-eels (sejenis ikan laut kecil) dan rumput laut.
Makanan yang tak seorang pun di Inggris menganggapnya layak untuk manusia.
Kelaparan paling buruk terjadi pada 1847, saat itu hasil panen tak juga membaik setelah dua tahun wabah melanda.
Namun, pada tahun terburuk yang disebut “black 47” itu, bantuan tak terduga datang dari wilayah yang cukup jauh.
Bantuan dari Sultan Ottoman
Ribuan mil jauhnya, di ibukota Ottoman, Istanbul, Sultan Abdulmejid I mendengar kabar tentang penderitaan tersebut dari dokter giginya yang berasal dari Irlandia.
Saat itu juga, sultan menawarkan bantuan sebesar £10.000 atau sekitar USD 1,3 juta saat ini, untuk membantu masyarakat Irlandia yang kelaparan.
Namun, Ratu Victoria yang telah mengucurkan bantuan ke Irlandia sebesar £2.000 menolak, sang ratu tidak mau menerima bantuan apa pun yang melebihi bantuan yang dia berikan.
Sultan Abdulmejid kemudian dengan berat memangkas tawaran bantuan dan mengirim £1.000 ke Irlandia.
Namun, sultan tetap ingin memberikan bantuan yang lebih besar untuk bencana kelaparan ini.
"Dia sangat ingin memberikan bantuan lebih banyak. Itulah sebabnya dia mengirimkan tiga kapal membawa makanan, obat-obatan dan keperluan lainnya ke Irlandia," kata Levent Murat Burhan, duta besar Turki di Dublin.
Kepada Anadolu Agency, Burhan menceritakan bahwa operasi pengiriman bantuan yang bersejarah itu dilakukan secara diam-diam, karena angkatan laut Inggris tidak mengizinkan kapal asing berlabuh di pelabuhan mereka baik di Dublin atau Cork.
"Jadi kapal-kapal Ottoman harus melakukan perjalanan lebih jauh ke utara dan mengirimkan bantuan ke pelabuhan Drogheda," kata Burhan.
Bantuan itu dikirim ke dermaga Drogheda di pingir Sungai Boyne.
Di tempat itulah kedermawanan Kekaisaran Ottoman selalu diingat oleh penduduk setempat, meski peristiwa itu sudah berlalu 173 tahun lamanya.
Pengunjung museum Dublin dapat menemukan peringatan dan informasi tentang bantuan tak terlupakan dari Turki Ottoman ini.
Sebuah plakat di dinding sebuah bangunan di Drogheda, diresmikan pada 1995 oleh Walikota Alderman Godfrey dan Duta Besar Turki Irlandia, Taner Baytok, berbunyi, "The Great Irish Famine 1847 – dibangun untuk mengenang dan mengakui kemurahan hati rakyat Turki terhadap Irlandia."
Dalam kunjungan ke Ankara pada 2010, Presiden Irlandia saat itu Mary McAleese menyatakan rasa terima kasih rakyat Irlandia atas bantuan tersebut. Dia mengatakan bahwa masyarakat Drogheda telah "memasukkan bintang dan bulan sabit (simbol bendera Turki) ke dalam lambang mereka dan tetap dipertahankan hingga hari ini."
Di Drogheda, lambang bulan bintang dan sabit Turki mudah terlihat di seantero kota, yang paling terkenal adalah lambang tim sepak bola lokal, Drogheda United.
Selain di monument, bulan sabit dan bintang juga diukir pada batu dan dilukis di dinding.
Tapi mungkin bukti paling kentara dari bantuan dan rasa terima kasih masyarakat terlihat dalam surat yang ditandatangani oleh pejabat tinggi Drogheda.
Duta Besar Burhan menunjukkan kepada Anadolu Agency salinan surat itu di kantornya di Dublin.
Surat itu berbunyi: "Kami, sebagai bangsawan Irlandia, pejabat tinggi dan rakyat, menyampaikan rasa terima kasih kami kepada Sultan Ottoman atas bantuannya yang murah hati kepada kami karena bencana kelaparan.
"Kami tidak bisa menghindari untuk meminta bantuan negara lain untuk menyingkirkan ancaman dan kelaparan dan kematian.
"Kemurahan hati Sultan Ottoman juga menjadi contoh bagi negara-negara Eropa. Berkat bantuan ini, banyak orang yang terselamatkan dan terhindar dari kematian.
"Kami mengucapkan terima kasih atas nama mereka dan berdoa untuk Sultan Ottoman dan negaranya tidak menghadapi bencana seperti yang kita alami."
Aksi yang terpuji, manusiawi, murah hati
Sebuah artikel berjudul “A Benevolent Sultan,” yang ditulis dalam jurnal agama, memuji kemurahan hati Abdulmejid.
"Untuk pertama kalinya seorang penguasa [Muslim] Mohammad, yang mewakili populasi Islam yang beraneka ragam, secara spontan memanifestasikan simpati hangat dengan negara Kristen," kata tulisan tersebut.
"Semoga simpati seperti itu, dalam semua amal kemanusiaan umat manusia yang sama, dipupuk dan bisa dipertahankan antara para pengikut bulan sabit dan salib!"
Jurnal nasionalis Irlandia juga merayakan pendekatan filantropi Sultan terhadap kelaparan Irlandia, menyebut Abdulmejid sebagai "pria yang baik, manusiawi, dan dermawan."
"Seorang yang percaya pada Mohammedanisme [Islam], dia bertindak dalam semangat sejati pengikut Kristus, dan memberi contoh yang akan ditiru oleh banyak orang Kristen dengan baik untuk ditiru."
Seorang Irlandia James Joyce, yang juga novelis legendaris, bahkan menyebut bantuan Abdulmejid dalam karya besarnya Ulysses.
"Bahkan Grand Turk mengirimi kami piasternya," kata salah satu karakter buku itu, mengkritik kurangnya bantuan dari Inggris selama masa-masa sulit itu.
Hubungan baik
Duta Besar Burhan mengunjungi Drogheda beberapa kali dan selalu mendapat sambutan hangat dari politisi setempat.
Memang, rasa hormat dan cinta untuk orang Turki masih ada. Dia ingat sebuah acara lomba lari untuk amal yang digelar bersama Frank Geoffrey, saat itu walikota Drogheda.
"Dia pulang membawa bendera Turki," kata Burhan, menjelaskan bahwa dia senang melihat walikota menyimpan bendera Turki di rumah.
Burhan juga mengatakan bahwa kedutaan sedang mengerjakan rencana untuk pertandingan sepakbola amal antara Drogheda United dan Trabzonspor, tim Liga Super Turki dari wilayah Laut Hitam.
Berbagi warna yang sama, merah marun dan biru, kedua belah pihak menjadi klub saudara pada 2011, duta besar Turki menjelaskan, simbol abadi kasih sayang jarak jauh antara dua masyarakat.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.